Tuesday, January 29, 2013

Sistem Imunitas Nonspesifik (Pertahanan Tubuh)


Sistem Imunitas Nonspesifik (Pertahanan Tubuh)- Pertahanan tubuh terhadap serangan (infeksi) oleh mikroorganisme telah dilakukan sejak dari permukaan luar tubuh yaitu kulit dan pada permukaan organ-organ dalam. Tubuh dapat melindungi diri tanpa harus terlebih dulu mengenali atau menentukan identitas organisme penyerang. Imunitas nonspesifik didapat melalui tiga cara berikut.
a. Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Organ Tubuh
Tubuh memiliki daerah-daerah yang rawan terinfeksi oleh kuman penyakit berupa mikroorganisme, yaitu daerah saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Saluran pencernaan setiap hari dilewati oleh berbagai macam makanan dan air yang diminum. Makanan tersebut tidak selalu terbebas dari kuman penyakit baik berupa jamur maupun bakteri sehingga terinfeksi melalui saluran pencernaan kemungkinannya tinggi.
Setiap organ tubuh seperti paru-paru, lambung, ginjal, mempunyai kulit dan membran mukosa sebagai pembatas mekanis agar mikrobia tidak masuk ke dalam organ tersebut. Setiap kulit dan membran mukosa pada organ-organ tubuh memiliki cara tersendiri untuk melindungi diri dari kuman penyakit.
Sebagai contoh, pada kulit terdapat kelenjar minyak yang mengandung bahan kimia dan dapat melemahkan bahkan membunuh bakteri di kulit. Mikroorganisme yang berada pada bahan makanan sebagian besar sudah dimatikan oleh saliva yang mengandung lisosom. Di dalam perut, mikroorganisme yang masih hidup juga dimatikan dengan adanya asam-asam. Di dalam usus terdapat enzim-enzim pencernaan yang juga dapat membunuh mikroorganisme yang merugikan. Pertahanan pertama tubuh terhadap serangan kuman-kuman dan benda-benda asing yang datang dari luar dilakukan oleh kulit pada permukaan tubuh atau oleh suatu selaput yang tersusun dari jaringan epitel berikut sekretnya seperti yang terdapat pada saluran pencernaan dan saluran pernapasan. Sebagai pelindung tubuh, kulit memiliki peran penting di antaranya:
  1. Melindungi tubuh terhadap serangan kuman, jamur, dan bibit penyakit lainnya.
  2. Memiliki kemampuan regenerasi sehingga fungsi sebagai pelindung tubuh tetap berlangsung. Apabila terpotong atau tersayat, kulit akan melakukan regenerasi.
  3. Mengatur suhu tubuh. Kulit manusia dilengkapi dengan kelenjar keringat yang akan menguapkan air beserta sisa metabolisme sel. Berkeringat akan menyebabkan turunnya temperatur tubuh.
  4. Kulit dilengkapi dengan pigmen yang disebut melanosit, untuk melindungi tubuh dari sengatan sinar matahari.
  5. Kulit dipenuhi dengan ujung saraf-saraf reseptor sebagai penangkap isyarat-isyarat yang berbahaya dari luar tubuh agar tubuh dapat melakukan respons terhadap isyarat atau rangsang tersebut.
Demikian juga dengan saluran pernapasan. Hal ini disebabkan udara yang dihirup melalui hidung mengandung partikel-partikel asing (berupa debu) maupun mikroorganisme (termasuk spora jamur). Spora jamur dapat tumbuh dan berkembang biak jika berada di tempat (lingkungan) yang sesuai. Pada trakea terdapat sel-sel bersilia yang dapat menyapu lendir serta partikel-partikel berbahaya yang terselip di antara kerongkongan agar dapat keluar bersama air ludah.
b. Pertahanan dengan Cara Menimbulkan Peradangan (Inflamatori)
Mikroorganisme yang telah berhasil melewati pertahanan di bagian permukaan organ dapat menginfeksi sel-sel dalam organ. Tubuh akan melakukan perlindungan dan pertahanan dengan memberi tanda secara kimiawi yaitu dengan cara sel terinfeksi mengeluarkan senyawa kimia histamin dan prostaglandin. Senyawa kimia ini akan menyebabkan pelebaran pada pembuluh darah di daerah yang terinfeksi. Hal ini akan menaikkan aliran darah ke daerah yang terkena infeksi. Akibatnya daerah terinfeksi menjadi berwarna kemerahan dan terasa lebih hangat. Apabila kulit mengalami luka akan terjadi peradangan yang ditandai dengan memar, nyeri, bengkak, dan meningkatnya suhu tubuh. Jika luka ini menyebabkan pembuluh darah robek maka mastosit akan menghasilkan bradikinin dan histamin. Bradikinin dan histamin ini akan merangsang ujung saraf sehingga pembuluh darah dapat semakin melebar dan bersifat permeabel.
Kenaikan permeabilitas kapiler darah menyebabkan neutrofil berpindah dari darah ke cairan luar sel. Neutrofil ini akan menyerang bakteri yang menginfeksi sel. Selanjutnya, neutrofil dan monosit berkumpul di tempat yang terluka dan mendesak hingga menembus dinding kapiler. Setelah itu, neutrofil mulai memakan bakteri dan monosit berubah menjadi makrofag (sel yang berukuran besar). Makrofag berfungsi fagositosis dan merangsang pembentukan jenis sel darah putih yang lain.
Mekanisme pertahanan tubuh dengan respon inflamatori
Gambar 11.1 Mekanisme pertahanan tubuh dengan respon inflamatori Sumber: Biology, Campbell
Kenaikan permeabilitas kapiler darah menyebabkan neutrofil berpindah dari darah ke cairan luar sel. Neutrofil ini akan menyerang bakteri yang menginfeksi sel. Selanjutnya, neutrofil dan monosit berkumpul di tempat yang terluka dan mendesak hingga menembus dinding kapiler. Setelah itu, neutrofil mulai memakan bakteri dan monosit berubah menjadi makrofag (sel yang berukuran besar). Makrofag berfungsi fagositosis dan merangsang pembentukan jenis sel darah putih yang lain. Sistem pertahanan tubuh dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Jaringan mengalami luka, kemudian mengeluarkan tanda berupa senyawa kimia yaitu histamin dan senyawa kimia lainnya.
2) Terjadi pelebaran pembuluh darah (vasodilatasi) yang menyebabkan bertambahnya aliran darah, menaikkan permeabilitas pembuluh darah. Selanjutnya terjadi perpindahan sel-sel fagosit.
3) Sel-sel fagosit (makrofag dan neutrofil) memakan patogen.
Sinyal kimia yang dihasilkan oleh jaringan yang luka akan menyebabkan ujung saraf mengirimkan sinyal ke sistem saraf. Histamin berperan dalam proses pelebaran pembuluh darah. Makrofag disebut juga big eaters karena berukuran besar, mempunyai bentuk tidak beraturan, dan membunuh bakteri dengan cara memakannya. Anda dapat mengingat kembali cara makan amoeba, seperti itulah cara makrofag memakan bakteri.
Bakteri yang sudah berada di dalam makrofag kemudian dihancurkan dengan enzim lisosom. Makrofag ini juga bertugas untuk mengatasi infeksi virus dan partikel debu yang berada di dalam paru-paru. Sebenarnya di dalam tubuh keberadaan makrofag ini sedikit, tetapi memiliki peran sangat penting.
Sel-sel makrofag dan beberapa jenis sel darah putih seperti neutrofill dan monosit bersifat fagosit, sedangkan limfosit berperan dalam kekebalan tubuh karena dapat menghasilkan zat-zat antibodi yang sesuai dengan antigen yang akan dilawannya. Zat antibodi merupakan suatu bentuk dari protein darah, yaitu gammoglobulin yang umumnya dihasilkan karena adanya rangsangan antigen yang masuk ke dalam tubuh berupa benda-benda asing, virus, ataupun racun (toksin) dari kuman-kuman tersebut. Ada beberapa macam antibodi berdasarkan reaksinya dengan antigen, yaitu aglutinin, presipitin, sitolisin, opsonin, dan antitoksin.
Aglutinin adalah suatu antibodi yang dapat menggumpalkan antigen asing sehingga sel-sel atau kuman-kuman terkumpul menjadi partikel-partikel yang lebih besar. Antibodi lainnya ialah presipitin, yaitu antibodi yang dapat mengendapkan antigen-antigen asing sehingga memudahkan sel-sel fagosit untuk mengangkutnya, seperti dalam proses “pembersihan” limfa pada simpul limfa.Opsonin, yaitu suatu jenis antibodi yang dapat bereaksi dengan bahan-bahan tertentu pada dinding sel bakteri untuk memudahkan kerja sel-sel fagosit. Sitolisin adalah antibodi yang dapat menghancurkan atau memecahkan sel, misalnya bakteriolisin yang dapat menghancurkan sel bakteri. Contoh lainnya hemolisin dapat memecahkan eritrosit yang sudah tua di dalam limfa dan hati. Antitoksin, yaitu antibodi yang dapat menetralisasi atau menawarkan racun (toksin) yang dihasilkan kuman-kuman penyakit atau benda-benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Setelah infeksi tertanggulangi, beberapa neutrofil akhirnya mati seiring dengan matinya jaringan sel dan bakteri. Setelah ini sel-sel yang masih hidup membentuk nanah. Terbentuknya nanah ini merupakan indikator bahwa infeksi telah sembuh. Jadi reaksi inflamatori ini sebagai sinyal adanya bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putihmemakan bakteri yang menginfeksi tubuh. Selain sel monosit yang berubah menjadi makrofag juga terdapat sel neutrofil yang akan membunuh bakteri (mikroorganisme asing lainnya).
c. Pertahanan Menggunakan Protein Pelindung
Jenis protein ini mampu menghasilkan respons kekebalan, di antaranya adalah komplemen. Komplemen ini dapat melekat pada bakteri penginfeksi. Setelah itu, komplemen menyerang membran bakteri dengan membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasmanya. Hal ini menyebabkan ion-ion Cakeluar dari sel bakteri, sedangkan cairan serta garam-garam dari luar sel bakteri akan masuk ke dalam tubuh bakteri. Masuknya cairan dan garam ini menyebabkan sel bakteri hancur. Mekanisme penghancuran bakteri oleh protein komplemen dapat Anda amati pada Gambar 11.3.
Mekanisme penghancuran bakteri oleh protein komplemen
Gambar 11.3 Mekanisme penghancuran bakteri oleh protein kompleme

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...