Diah, seorang guru honorer yang mengajar di salah satu SD negeri di Medan, melakukan aksi nekat dengan tidur di tengah jalan, tepatnya di Jalan Kapten Maulana Lubis, di depan Kantor Wali Kota Medan, kemarin siang, Selasa (13/5).
Diah merasa lelah. Hampir 15 tahun ia mengajar dengan status sebagai guru honorer. Gajinya sungguh memprihatinkan: Rp 200 ribu per bulan. Diah pun tak peduli sekalipun kendaraan di jalan tersebut sedang padat merayap. Ia tak peduli sekalipun polisi melarangnya. Ia tetap memejamkan mata, merentangkan tangan, acuh tak acuh, seakan-akan ia sudah siap jika ada barang mobil atau sepeda motor yang melindasnya. Sinar matari yang menyengat, deru kendaraan yang tanpa jeda, dan aspal yang melepuh, tak lagi ia hiraukan.
Diah adalah satu dari puluhan guru honorer di Medan, yang berunjukrasa menuntut kejelasan nasibnya. Meski rekan-rekannya telah dipinggirkan oleh polisi, ia tetap saja tak peduli, dan terus tidur di tengah jalan.
"Kami terus dipersulit oleh Pemerintah Kota. Sudah setahun gak keluar SKTJM (Surat Keterangan Tanggungjawab Mutlak) kami," katanya, saat bangun setelah dibujuk.
Diah sangat kecewa dengan Pemko Medan, yang menurutnya tak peduli dengan nasib guru honorer. Padahal, untuk dapat menjadi PNS, seorang honorer harus memiliki SKTJM.
"Di kota-kota lain itu sudah. Kenapa di Medan ini belum!" ujarnya, dengan nada kesal.