Friday, June 6, 2014

Elektabilitas Jokowi-Prabowo Selisih 10 Persen



Pasangan Joko Widodo-HM Jusuf Kalla masih mengungguli rivalnya, Prabowo Subianto-Hatta Radjasa. Hasil survei terbaru menunjukkan elektabilitas kandidat yang diusung PDIP, Nasdem, PKB, Hanura, dan PKPI itu unggul 10 persen.

Hasil jajak pendapat Populi Center yang dirilis di Jakarta Rabu, 4 Juni, Joko Widodo-Jusuf Kalla memiliki elektabilitas atau tingkat keterpilihan 47,5 persen. Sementara tingkat keterpilihan Prabowo-Hatta yang diusung Gerindra, PAN, Golkar, PBB, PKS, dan PPP berada pada angka 36,9 persen.

Dalam survei yang berlangsung 24-29 Mei 2014 pada 33 provinsi, Populi Center menemukan masih ada swing voters atau pemilih mengambang sekira 15 persen. Wilayah itu yang akan menjadi pertarungan dua pasangan capres-cawapres pada masa kampanye sebulan ke depan.

"Kedua pasangan ini masih memiliki peluang menang yang sama. Perbedaannya tidak terlalu jauh," kata Nico Harjanto, chairman Populi Center dalam konferensi pers di Rarampa Resto, Jakarta, kemarin.

Selain mengandalkan tim pemenangan yang telah terbentuk pada seluruh provinsi, para kandidat juga bisa menggaet pemilih pada saat debat. Nico mengatakan, debat capres-cawapres yang dimulai 8 Juni bisa berpengaruh terhadap elektabilitas mereka.

"Kedua kubu harus melakukan kampanye yang efektif dalam waktu yang singkat. Mereka juga harus memanfaatkan debat antarcapres-cawapres dengan sebaik-baiknya. Lakukan kampanye yang menarik perhatian rakyat," bebernya.

Untuk memenangkan pemilihan presiden, pasangan capres-cawapres harus menguasai suara pada tujuh provinsi dengan jumlah pemilih terbesar. Ketujuh provinsi tersebut adalah DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Populasi pemilih pada ketujuh daerah itu mencapai 70 persen dari total pemilih nasional.

Kemarin, Lingkaran Survei Indonesia (LSI) merilis hasil jajak pendapat tentang kekuatan kedua pasangan tersebut pada tujuh provinsi dimaksud. Pada survei yang dilakukan 1-9 Mei 2014 itu, sebelum kedua kandidat resmi berpasangan, Jokowi-JK unggul pada lima provinsi. Prabowo-Hatta menang pada dua provinsi.

Jokowi-JK unggul sementara di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, dan Sulawesi Selatan. Sementara Prabowo-Hatta menguasai Banten dan DKI Jakarta.

Di Jawa Barat, pasangan Jokowi-JK memeroleh dukungan 39,06 persen, sementara Prabowo-Hatta 29,96 persen. Di Jawa Tengah yang merupakan "kandang" PDIP, Jokowi-JK unggul dengan 38,57 persen, sementara Prabowo-Hatta 15,54 persen pemilih. Di Jawa Timur, elektabilitas Jokowi-JK mencapai 31,71 persen, sementara Prabowo-Hatta 21,49 persen.

Pasangan Jokowi-JK juga unggul di Sumatera Utara dengan 48,16 persen, sementara elektabilitas Prabowo-Hatta hanya 16,38 persen. Di Sulawesi Selatan, pasangan Jokowi-JK juga unggul telak, yakni 43,75 persen, sementara Prabowo-Hatta 19,25 persen.

Kondisi berbeda terjadi di DKI Jakarta dan Banten. Pasangan Prabowo-Hatta memeroleh dukungan 35 persen, sementara Jokowi-JK mendapatkan dukungan sebesar 30,66 persen. Sedangkan di Banten, pasangan Prabowo-Hatta unggul dengan 33,53 persen, sementara Jokowi-JK 26,25 persen.

Peneliti LSI, Rully Akbar mengatakan, kekuatan pasangan capres tersebut ditemukan pada awal Mei 2014. Saat itu, mereka belum resmi berpasangan, namun sudah ramai diwacanakan. Data itu, lanjut Rully, menjadi referensi untuk survei nasional kedua yang sedang berlangsung saat ini.

"Hasil survei terbaru akan kami sampaikan pekan depan. Faktor pasangan tentu akan berpengaruh. Tetapi, nanti kita lihat hasilnya," ujar Rully Akbar kepada FAJAR, malam tadi.

Rully Akbar menambahkan, kekalahan Jokowi di DKI Jakarta dikarenakan banyaknya kampanye negatif. Salah satunya soal janji lima tahun membangun Jakarta.

Dalam survei tersebut, LSI juga mengukur kekuatan kedua pasangan capres-cawapres pada lima wilayah straegis lain di samping teritori, yakni bidang ekonomi, politik, hukum, keamanan, dan sosial. Dari lima isu itu, Prabowo-Hatta pada isu stabilitas politik. Sebanyak 37,03 persen responden meyakini Prabowo-Hatta lebih mampu menjaga stabilitas politik dibanding Jokowi-JK.

Sementara dari isu ekonomi, 38,78 persen publik lebih percaya Jokowi-JK mampu menangani masalah ekonomi dibanding Prabowo-Hatta yang sebesar 21.56 persen. Begitu pula dari segi penegakan hukum, sebesar 36,54 persen publik percaya Jokowi-JK lebih mampu. Untuk isu keamanan, sebesar 37,31 persen publik percaya pasangan Jokowi-JK lebih mampu menangani masalah keamanan dibanding Prabowo-Hatta yang hanya 22,47 persen. Sedangkan untuk isu sosial, sebesar 36,26 persen publik meyakini pasangan Jokowi-JK lebih mampu menangani masalah sosial dibandingkan Prabowo-Hatta yang hanya 23,94 persen. 

Meski begitu peluang menang kedua pasangan masih tetap sama. "Prabowa-Hatta lebih kuat di mesin politik. Jokowi-JK lebih kuat di antusiasme relawan. Probowo lebih kuat di kesan strong leader. Jokowi lebih kuat di kesan pemimpin yang jujur, bersih, dan sederhana," urai Rully.

Menanggapi hasil survei tersebut, Sekretaris Koalisi Merah Putih Sulsel, Buhari Kahar Muzakkar mengatakan tren survei tersebut sejalan dengan kondisi di Sulsel. Selisih elektabilitas antara kedua pasangan, katanya, makin tipis. Sosialisasi yang terus dilakukan memberi kontribusi besar.

"Surveinya (Prabowo-Hatta) makin hari makin menanjak. Orang memperbandingkan keduanya, akhirnya lebih yakin bahwa Prabowo-Hatta lebih baik," kata anggota DPRD Sulsel ini, malam tadi.

Sementara Sekretaris DPD PDIP Sulsel, Rudy Pieter Goni mengatakan, pihaknya tidak mau terlena dengan hasil survei yang masih mengunggulkan Jokowi-JK. Selisih 10 persen itu justru jadi penyemangat untuk bekerja lebih keras lagi demi mempertahankan keunggulan.