- Sebutkan fungsi plasenta.
- Jelaskan proses spermatogenesis pada laki-laki.
- Apa yang dimaksud dengan ovulasi?
- Apa yang kamu lakukan jika di sekitar tempat tinggalmu ada orang yang mengidap AIDS?
- Jelaskan cara pencegahan terhadap virus HIV
Plasenta atau ari-ari merupakan sebuah organ yang sangat luar biasa, dan hanya sedikit ibu yang pernah melihatnya. Mereka tahu keberadaannya namun hanya sebagian kecil yang menanyakan atau memperhatikan kumpulan jaringan pendukung utama kehidupan bayi di dalam rahim. Plasenta terdiri dari 200 lebih pembuluh dan vena halus,
berbentuk mirip gumpalan hati mentah. Permukaan maternal yang menempel pada rahim, tampak kasar dan berongga. Warnanya merah tua dan terbagi dalam 15-20 tonjolan cotyledon, yang merupakan villi atau tonjolan berbentuk jari. Permukaan fetus amat lembut, dengan tali pusar biasanya terdapat di bagian tengah. Bila tali pusar di bagian pinggir disebut battledore plasenta. Plasenta yang sudah dewasa, berbentuk seperti piringan datar. Beratnya sekitar 500 gram, diameternya 20 cm (8 inci) tebal
bagian tengahnya 2,5 cm (1 inci). Ukuran dan berat plasenta disesuaikan dengan ukuran janin. Plasenta biasanya berada pada bagian atas rahim, tapi bila terdapat di bagian bawah, maka disebut Plasenta Previa (Baca: Placenta previa).
berbentuk mirip gumpalan hati mentah. Permukaan maternal yang menempel pada rahim, tampak kasar dan berongga. Warnanya merah tua dan terbagi dalam 15-20 tonjolan cotyledon, yang merupakan villi atau tonjolan berbentuk jari. Permukaan fetus amat lembut, dengan tali pusar biasanya terdapat di bagian tengah. Bila tali pusar di bagian pinggir disebut battledore plasenta. Plasenta yang sudah dewasa, berbentuk seperti piringan datar. Beratnya sekitar 500 gram, diameternya 20 cm (8 inci) tebal
bagian tengahnya 2,5 cm (1 inci). Ukuran dan berat plasenta disesuaikan dengan ukuran janin. Plasenta biasanya berada pada bagian atas rahim, tapi bila terdapat di bagian bawah, maka disebut Plasenta Previa (Baca: Placenta previa).
Tugas-tugas plasenta
Plasenta memiliki empat fungsi :
- Berfungsi mengirimkan gizi dan oksigen dari darah ibu pada janin.
- Membawa karbondioksida dan sisa-sisa pembuangan janin kembali ke darah ibu.
- Membentuk penahanan untuk infeksi dan obat-obatan tertentu. Tapi virus rubella dan aspirin dosis tinggi dapat menembus pertahanan plasenta. Antibodi dari darah ibu
juga dapat menembus plasenta dan memberikan kekebalan terhadap penyakit tertentu sesaat setelah persalinan. - Mengeluarkan hormon, terutama human chorionic gonadotrophin (HCG), progesteron dan oestrogen (Baca: Hormon-hormon kehamilan).
Semuanya penting untuk kelangsungan hidup dinding rahim, pertumbuhan rahim dan payudara.
Tali Pusar
Tali pusar tampak mengkilap dan berwarna kebiru-biruan, didalamnya terlihat pembuluh darah yang dilindungi dan didukungnya. Vena tali pusar yang besar bertugas membawa darah berisi gizi dan oksigen dari plasenta, serta dua arteri tali pusar yang melingkari vena membawa darah yang sudah ter-deoksidasi serta sisa-sisa dari etus menuju plasenta. Semuanya dikelilingi bahan seperti jeli yang disebut Wharton jelly.Tali pusar mulai memuntir dengan sendirinya, dan saat persalinan sudah terdapat sekitar 40 lingkaran. Bukan hal aneh pula bila tali pusar membelit bayi. Tali pusar akan tetap kaku, akibat aliran darah didalamnya. Panjangnya rata-rata 50cm, meskipun sebenarnya bervariasi antara 200cm hingga 7,5 cm. Ketebalannya sekitar 12mm, namun tidak merata karena adanya benjolan kecil yang disebut false knot. Hal itu mungkin karena tidak samanya pembuluh darah atau meningkatnya gumpalan wharton jelly.
True knot juga bisa terjadi akibat gerakan fetus namun selama tidak tertarik terlalu kuat tak akan ada efek pada sirkulasinya. Tali pusar terlalu pendek dapat menyulitkan kelahiran seorang bayi, sebaliknya, jika terlalu panjang dapat jatuh" ke ruang vagina mendahului kepala bayi. Tali yang panjang cenderung melilit tubuh bayi, tapi bahaya akan timbul bila lilitannya terlalu kencang. Begitu kepalanya keluar, leher bayi umumnya diperiksa untuk meyakinkan bahwa tali pusar tidak membelitnya. Jika terjadi demikian, maka tali pusat akan diurai melalui kepalanya atau dijepit dan dipotong. Meskipun USG sulit mendeteksi tali pusar, namun posisi plasenta lebih mudah dilihat dan bila perlu dilakukan operasi caesar.
Proses Spermatogenesis :
Tahap pembentukan spermatozoa dibagi atas tiga tahap yaitu :
1. Spermatocytogenesis
Merupakan spermatogonia yang mengalami mitosis berkali-kali yang akan menjadi spermatosit primer.
Spermatogonia merupakan struktur primitif dan dapat melakukan reproduksi (membelah) dengan cara mitosis. Spermatogonia ini mendapatkan nutrisi dari sel-sel sertoli dan berkembang menjadi spermatosit primer. Spermatogonia yang bersifat diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogonia tipe A membelah secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid
Spermatosit primer mengandung kromosom diploid (2n) pada inti selnya dan mengalami meiosis. Satu spermatosit akan menghasilkan dua sel anak, yaitu spermatosit sekunder.
2. Tahapan Meiois
Spermatosit primer menjauh dari lamina basalis, sitoplasma makin banyak dan segera mengalami meiosis I menghasilkan spermatosit sekunder yang n kromosom (haploid). Spermatosit sekunder kemudian membelah lagi secara meiosis II membentuk empat buahspermatid yang haploid juga.
Sitokenesis pada meiosis I dan II ternyata tidak membagi sel benih yang lengkap terpisah, tapi masih berhubungan lewat suatu jembatan (Interceluler bridge). Dibandingkan dengan spermatosit I, spermatosit II memiliki inti yang gelap.
3. Tahapan Spermiogenesis
Merupakan transformasi spermatid menjadi spermatozoa yang meliputi 4 fase yaitu fase golgi, fase tutup, fase akrosom dan fase pematangan. Hasil akhir berupa empat spermatozoa (sperma) masak. Ketika spermatid dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari kepala dan ekor.
Gambar 1. Spermatogenesis
Bila spermatogenesis sudah selesai, maka ABP testosteron (Androgen Binding Protein Testosteron) tidak diperlukan lagi, sel Sertoli akan menghasilkan hormon inhibin untuk memberi umpan balik kepada hipofisis agar menghentikan sekresi FSH dan LH.
Spermatozoa akan keluar melalui uretra bersama-sama dengan cairan yang dihasilkan oleh kelenjar vesikula seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar cowper. Spermatozoa bersama cairan dari kelenjar-kelenjar tersebut dikenal sebagai semen atau air mani. Pada waktu ejakulasi, seorang laki-laki dapat mengeluarkan 300 – 400 juta sel spermatozoa.
engertian Ovulasi dan Cara mengetahui kapan Waktu Ovulasi
Apa sih ovulasi itu? Rata-rata dalam setiap siklus menstruasi, satu atau beberapa sel telur akan tumbuh dan matang. OVULASI merupakan proses pelepasan telur yang telah matang tersebut dari dalam rahim untuk kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk dibuahi. Proses ini biasanya terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 14 hari sebelum haid berikutnya.
Seorang wanita dikatakan sedang subur, jika ia melepaskan sel telur yang telah matang agar dapat dibuahi oleh sperma. Masa subur wanita hanya berlangsung selama 24 – 48 Jam, sedangkan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur diperkirakan sekitar 48 – 72 jam.. Kemampuan terbaik sel telur untuk dibuahi oleh sp3rma adalah pada saat jam-jam pertama setelah pelepasan, begitu pula sebaliknya.
Jika anda menghendaki kehamilan, waktu terbaik untuk berhubungan intim adalah 1-2 hari sebelum ovulasi dan pada saat terjadinya ovulasi. Dengan ini, sp3rma akan dilepaskan ke dalam Vgna dan berjalan menuju tuba falopi untuk membuahi sel telur pada saat yang tepat. Masa ini merupakan moment terbaik untuk terjadinya pembuahan sehingga memaksimalkan kesempatan anda untuk hamil.
Proses ovulasi dimulai dari dilepaskannya sebuah hormon dari dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Kadar hormon ini meningkat secara drastic di dalam darah dan urin sesaat sebelum ovulasi.
LH memicu pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium yang kemudian bergerak menuju tuba falopi untuk dibuahi. Jika sel telur tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan mati dan luruh bersama dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi.
♦ Cara untuk mengetahui waktu ovulasi adalah sebagai berikut ♦
1. Melalui mengukur suhu panas badan
Berdsarkan gambaran umum tentang pelepasan sel telur dari indungnya, secara alami wanita memiliki tubuh sehat terjadi di pertengahan siklus haid secara sempurna. Namun, jika itu berlangsung selama 28 hari, maka sel telur akan mengalami ovulasi pada hari ke 14.
Dengan demikian, seorang wanita dapat menentukan waktu terjadinya ovulasi dengan megukur suhu panas tubuh setiap hari pada saat masa terjadinya ovulasi yang berkisar antara akhir pekan kedua dan awal pekan ketiga(dihitung dari awal haid). Suhu tubuh akan sedikit naik antara 0,5 – 1,0 derajat celcius, yang terjadi pada hari pelepasa sel telur. Hal itu karena pengaruh keluarnya hormon dari sel telur (LH) sebelum terjadi ovulasi dengan durasi 12 – 24 jam.
Maka para wanita haruslah melakukan pembukuan terhadap waktu siklus haidnya. Pembukuan itu dihitung sejak terjadinya haid pada bulan ini setelah masa haid berhenti sehari atau dua hari. Kemudian hendaknya dimulai pembukuan suhu panas tubuh dua kali setiap hari setelah bangun tidur pagi dan sore dengan mencantumkan hari & tanggalnya. Selama 2 pekan minimal 2 kali dalam sehari, yaitu dimulai pada hari ke 9 sampai hari ke 12. suhu panas tubuh normal adalah 37 derajat celcius, sekecil apapun perubahan suhu panasnya menunjukkan bahwa ovulasi tengah terjadi. Ketentuan ini didasarkan pada wanita yang (sedang) sehat.
2. Melalui perubahan sifat
ini disandarkan pada keadaan cairan leher rahim dari waktu ke waktu selama masa siklus haid.
Bahwa hormon yang dikeluarkan oleh sel-sel telur berubah menjadi lebih tebal, sedikit keruh dan sedikit melimpah pada periode awal siklus, seiring mendekati waktu ovulasi , hormon yang dikeluarkan menjadi kental, tipis, lebih melimpah, lembut hingga akhirnya menjadi lembek dan empuk. Dan pada saat ovulasi akan tampak putih. Untuk memeriksanya cukup memperhatikannya dengan menggunakan tisu tanpa melakukan pemeriksaan dalam.
Landasan metode ini bersandar pada pengetahuan bahwa estrogen menjadikan cairan di leher rahim lebih halus dan lebih jernih serta melimpah pada saat mendekati ovulasi. Cara alami ini untuk memudahkan sperma agar sampai pada ovulasi. Dan sebaliknya bila keadaan tebal dan keruh akan mempersulit sperma untuk menembus.
3. Melalui alat atau obat-obatan
Bahan dan alat ada, beredar dan dijual belikan di apotek , bahan itu memudahkan cara untuk mengetahui keluarnya hormon estrogen (setelah darah haid berhenti, akan meningkat seiring dengan bertambahnya hari siklus setelah darah haid berhenti) atau hormon yang di produksi oleh gelembung folikel (tubuh kuning) dan hormon yang keluar dengan bentuk yang besar dari saluran kelenjar pituitari di dasar otak menjelang ovulasi atau yang bekerja mengeluarkan sel telur dari indungnya menuju saluran tuba falopi.
Bahan-bahan ini berisi zat zat yang akan melawan hormon-hormon untuk mendeteksi kehamilan saat bekerja mengubah warna cairan.
Bahan-bahan ini akan memberikan isyarat pada waktu hormon ini keluar serta siap-siap menyambut ovulasi. Cairan ini masih sangat variatif seiring dengan perbedaan dari hari ke hari dala perjalanan sikuus yang dipengaruhi hormon estrogen. Bahan ini tidak boleh digunakan kecuali pada hari ketika mendekati pertengahan siklus haid.
Proses ovulasi dapat terjadi disaat memasuki periode 12- 30 jam yang dimulai sejak keluarnya hormon dari kelenjar pituitari di dasar otak. Namun, kadarnya variatif seiring perbedaan jumlah cairan yang keluar pada diri setiap wanita, demikian pula waktu keluarnya.
Mengenali sinyal-sinyal ovulasi ini dapat membantu anda dalam merencanakan kehamilan. Mengenali siklus tubuh anda dengan baik dapat membantu anda apakah anda berovulasi, dan jika anda berovulasi, anda dapat menentukan kapan waktu persisnya anda berovulasi, waktu paling subur Anda.
Apa sih ovulasi itu? Rata-rata dalam setiap siklus menstruasi, satu atau beberapa sel telur akan tumbuh dan matang. OVULASI merupakan proses pelepasan telur yang telah matang tersebut dari dalam rahim untuk kemudian berjalan menuju tuba falopi untuk dibuahi. Proses ini biasanya terjadi 16 hari setelah hari pertama siklus menstruasi atau 14 hari sebelum haid berikutnya.
Seorang wanita dikatakan sedang subur, jika ia melepaskan sel telur yang telah matang agar dapat dibuahi oleh sperma. Masa subur wanita hanya berlangsung selama 24 – 48 Jam, sedangkan kemampuan sperma untuk membuahi sel telur diperkirakan sekitar 48 – 72 jam.. Kemampuan terbaik sel telur untuk dibuahi oleh sp3rma adalah pada saat jam-jam pertama setelah pelepasan, begitu pula sebaliknya.
Jika anda menghendaki kehamilan, waktu terbaik untuk berhubungan intim adalah 1-2 hari sebelum ovulasi dan pada saat terjadinya ovulasi. Dengan ini, sp3rma akan dilepaskan ke dalam Vgna dan berjalan menuju tuba falopi untuk membuahi sel telur pada saat yang tepat. Masa ini merupakan moment terbaik untuk terjadinya pembuahan sehingga memaksimalkan kesempatan anda untuk hamil.
Proses ovulasi dimulai dari dilepaskannya sebuah hormon dari dalam otak yang disebut dengan Luteinizing Hormone (LH). Kadar hormon ini meningkat secara drastic di dalam darah dan urin sesaat sebelum ovulasi.
LH memicu pelepasan sel telur yang telah matang dari dalam ovarium yang kemudian bergerak menuju tuba falopi untuk dibuahi. Jika sel telur tersebut tidak dibuahi, maka sel telur tersebut akan mati dan luruh bersama dengan dinding rahim pada awal siklus menstruasi.
♦ Cara untuk mengetahui waktu ovulasi adalah sebagai berikut ♦
1. Melalui mengukur suhu panas badan
Berdsarkan gambaran umum tentang pelepasan sel telur dari indungnya, secara alami wanita memiliki tubuh sehat terjadi di pertengahan siklus haid secara sempurna. Namun, jika itu berlangsung selama 28 hari, maka sel telur akan mengalami ovulasi pada hari ke 14.
Dengan demikian, seorang wanita dapat menentukan waktu terjadinya ovulasi dengan megukur suhu panas tubuh setiap hari pada saat masa terjadinya ovulasi yang berkisar antara akhir pekan kedua dan awal pekan ketiga(dihitung dari awal haid). Suhu tubuh akan sedikit naik antara 0,5 – 1,0 derajat celcius, yang terjadi pada hari pelepasa sel telur. Hal itu karena pengaruh keluarnya hormon dari sel telur (LH) sebelum terjadi ovulasi dengan durasi 12 – 24 jam.
Maka para wanita haruslah melakukan pembukuan terhadap waktu siklus haidnya. Pembukuan itu dihitung sejak terjadinya haid pada bulan ini setelah masa haid berhenti sehari atau dua hari. Kemudian hendaknya dimulai pembukuan suhu panas tubuh dua kali setiap hari setelah bangun tidur pagi dan sore dengan mencantumkan hari & tanggalnya. Selama 2 pekan minimal 2 kali dalam sehari, yaitu dimulai pada hari ke 9 sampai hari ke 12. suhu panas tubuh normal adalah 37 derajat celcius, sekecil apapun perubahan suhu panasnya menunjukkan bahwa ovulasi tengah terjadi. Ketentuan ini didasarkan pada wanita yang (sedang) sehat.
2. Melalui perubahan sifat
ini disandarkan pada keadaan cairan leher rahim dari waktu ke waktu selama masa siklus haid.
Bahwa hormon yang dikeluarkan oleh sel-sel telur berubah menjadi lebih tebal, sedikit keruh dan sedikit melimpah pada periode awal siklus, seiring mendekati waktu ovulasi , hormon yang dikeluarkan menjadi kental, tipis, lebih melimpah, lembut hingga akhirnya menjadi lembek dan empuk. Dan pada saat ovulasi akan tampak putih. Untuk memeriksanya cukup memperhatikannya dengan menggunakan tisu tanpa melakukan pemeriksaan dalam.
Landasan metode ini bersandar pada pengetahuan bahwa estrogen menjadikan cairan di leher rahim lebih halus dan lebih jernih serta melimpah pada saat mendekati ovulasi. Cara alami ini untuk memudahkan sperma agar sampai pada ovulasi. Dan sebaliknya bila keadaan tebal dan keruh akan mempersulit sperma untuk menembus.
3. Melalui alat atau obat-obatan
Bahan dan alat ada, beredar dan dijual belikan di apotek , bahan itu memudahkan cara untuk mengetahui keluarnya hormon estrogen (setelah darah haid berhenti, akan meningkat seiring dengan bertambahnya hari siklus setelah darah haid berhenti) atau hormon yang di produksi oleh gelembung folikel (tubuh kuning) dan hormon yang keluar dengan bentuk yang besar dari saluran kelenjar pituitari di dasar otak menjelang ovulasi atau yang bekerja mengeluarkan sel telur dari indungnya menuju saluran tuba falopi.
Bahan-bahan ini berisi zat zat yang akan melawan hormon-hormon untuk mendeteksi kehamilan saat bekerja mengubah warna cairan.
Bahan-bahan ini akan memberikan isyarat pada waktu hormon ini keluar serta siap-siap menyambut ovulasi. Cairan ini masih sangat variatif seiring dengan perbedaan dari hari ke hari dala perjalanan sikuus yang dipengaruhi hormon estrogen. Bahan ini tidak boleh digunakan kecuali pada hari ketika mendekati pertengahan siklus haid.
Proses ovulasi dapat terjadi disaat memasuki periode 12- 30 jam yang dimulai sejak keluarnya hormon dari kelenjar pituitari di dasar otak. Namun, kadarnya variatif seiring perbedaan jumlah cairan yang keluar pada diri setiap wanita, demikian pula waktu keluarnya.
Mengenali sinyal-sinyal ovulasi ini dapat membantu anda dalam merencanakan kehamilan. Mengenali siklus tubuh anda dengan baik dapat membantu anda apakah anda berovulasi, dan jika anda berovulasi, anda dapat menentukan kapan waktu persisnya anda berovulasi, waktu paling subur Anda.
JIKA ANDA MENGETAHUI SEBUAH FAKTA: SALAH SATU KELUARGA POSITIF HIV, APAKAH YG ANDA LAKUKAN?
Jika salah satu keluarga mengidap HIV apa yang harus dilakukan? apakah harus shock? apakah harus kucilkan dia? Apakah harus diusir? Hal ini yang belum dipahami oleh masyarakat Indonesia, menurut orang kita HIV sangat mudah menular dan dilarang keras mendekati ODHA.
HIV tidak mudah ditularkan, dan tidak menular melalui bersalaman, bersentuhan, berpelukan, berciuman pipi, batuk atau bersin, memakai peralatan rumah tangga bersama; seperti alat makan, telefon, kamar mandi, WC umum, kolam renang. Juga tidak ditularkan melalui gigitan nyamuk, bekerja berseko-lah atau berkendaraan bersama. HIV tidak ditularkan lewat udara dan cepat mati bila berada di luar tubuh, kemudian mudah dibunuh dengan cairan pemutih (bleach) atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang utuh.
Memakai shampoo, odol atau sabun mandi bersamaan dengan anggota keluarga anda yang terkena HIV juga tidak dapat menularkan HIV pada yang lain. Karena shampoo, odol atau sabun mandi apapun semuanya mengandung deterjen, dan virus tidak dapat hidup jika terkena deterjen bahkan lewat udara atau air tanpa deterjen pun virus tidak dapat hidup lama. Mungkin ketika pertama kali anda mendapati anggota keluarga terkena HIV atau bahkan AIDS anda menjadi sangat sedih, marah, panik, terguncang serta berbagai rasa tak enak lainnya tentunya berkecamuk.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul biasanya : “Mengapa harus menimpa keluarga kami?” atau malah sudah tidak bisa berkata-kata sama sekali karena sedih bercampur shock. Biasanya jika sudah muncul perta-nyaan “Mengapa terjadi” Anda mulai marah kepada si anggota keluarga yang terinfeksi HIV lalu mulai menyalahkan orang lain selain si anak, seperti : si suami, si istri atau bahkan teman main anggota keluarga yang saat ini menjadi terinfeksi. Benar bahwa reaksi-reaksi tersebut adalah reaksi normal manusia menerima kenyataan yang tidak baik yang tidak pernah mereka bayangkan. Namun, jika kita berputar-putar terus pada emosi marah kita, takut dan tertekan (karena mendengar informasi disekitar anda mengenai HIV yang menakutkan) hal tersebut tidak akan merubah keadaan anda maupun si penderita.
Selain membuat sang anak atau si penderita HIV tidak merasakan perhatian-kepedulian anda, kema-rahan anda hanya membuat anda semakin terlihat “hopeless” dan hal tersebut tidak membangun jiwa anak untuk tegar dan memiliki harapan bahwa masa depan selalu ada bagi setiap orang yang mengusa-hakan. Berikut ini adalah sebuah kutipan kejadian mengenai seorang ibu yang mendapati anaknya terinfeksi HIV yang kami kutip dari harian umum Pikiran Rakyat: “Mengapa ini harus menimpa keluarga kami?” ucap sedih seorang ibu tatkala menerima keterangan dokter bahwa anaknya, pemuda kurus berusia 27 tahun, positif mengidap HIV. Pertanyaan pedih kepada diri sendiri itu diawali dengan reaksi kemarahan hebat di luar ruang konsultasi dokter di sebuah rumah sakit swasta di Bandung. “Itulah hasil kelakukan kamu! Kalau sudah begini mau bagaimana lagi.” Kata sang ibu memarahi anaknya. Lama-kelamaan kemarahan itu berganti dengan isak tangis pedih.
Reaksi tersebut menurut seorang dokter sekaligus konselor Klinik Khusus melayani pengidap HIV – Human Immunodeffciency Virus dan AIDS – Acquired Immonediciency Sydrome, adalah reaksi yang sangat normal. Namun reaksi shock semacam ini secara pasti harus segera digantikan dengan sikap mendukung penderita. “Kasihan sekali jika penderita yang sebenarnya juga terguncang masih pula harus menghadapi kemarahan dari orang-orang terdekatnya. Yang sudah lalu, ya sudahlah. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana membantu dia menghadapi masa depannya” ujar dokter Nirmala.
Apalagi, jika penderita HIV atau AIDS adalah pencandu narkotika suntik. “Jiwa mereka labil sekali, sehingga butuh dukungan yang kuat dari lingkungan terdekatnya, terutama keluarga” menurut sang dokter. Bahkan, orang dengan mental yang kuat sekalipun dan sudah dipersiapkan dengan sangat hati-hati oleh dokter atau konselor dalam menerima “vonis” tersebut, tetap jatuh mental saat akhirnya tahu bahwa ia mengidap virus ini. “Lebih baik saya mati saja, Dok.”. Begitu kebanyakan kalimat spontan para penderita. Disinilah pentingnya peran pendamping dan keluarga atau sahabat untuk memberikan kekua-tan dan harapan bagi siapapun yang divonis mengidap HIV.
Dari Kasus-kasus yang HIV terjadi, banyak keajaiban pada pasien AIDS yang diterima dengan keikhlasan serta mendapat dukungan keluarga yang luar biasa. Dokter tersebut juga menyatakan “Mereka yang sudah sampai stadium empat itu ibarat tumbuhan yang dimakan ulat, sangat sakit dan tidak berdaya. Namun banyak kasus menunjukan, dengan dukungan dan pendampingan keluarga serta memperoleh therapy HIV secara kontinu, pasien bisa kembali berseri-seri. Dukungan orang-orang terdekat dan keluarga benar-benar obat paling mujarab, di samping obat-obatan itu sendiri”.
Hal yang mengharukan juga terjadi dari reaksi kalangan para perempuan yang mengetahui suaminya terkena penyakit tersebut. Umumnya, para perempuan tabah ini bener-bener mempraktikkan sumpah setia perkawinan mereka.
Banyak perempuan berujar kepada pasangan hidupnya “Apapun yang terjadi saya tidak akan meninggalkan bapak. Tidak hanya pada waktu senang saya mendampingi bapak, tapi juga pada saat sakit seperti ini”. Menurut dr. Nirmala menirukan pernyataan istri dari salah satu pasien-nya.
Jika salah satu keluarga mengidap HIV apa yang harus dilakukan? apakah harus shock? apakah harus kucilkan dia? Apakah harus diusir? Hal ini yang belum dipahami oleh masyarakat Indonesia, menurut orang kita HIV sangat mudah menular dan dilarang keras mendekati ODHA.
HIV tidak mudah ditularkan, dan tidak menular melalui bersalaman, bersentuhan, berpelukan, berciuman pipi, batuk atau bersin, memakai peralatan rumah tangga bersama; seperti alat makan, telefon, kamar mandi, WC umum, kolam renang. Juga tidak ditularkan melalui gigitan nyamuk, bekerja berseko-lah atau berkendaraan bersama. HIV tidak ditularkan lewat udara dan cepat mati bila berada di luar tubuh, kemudian mudah dibunuh dengan cairan pemutih (bleach) atau dengan sabun dan air. HIV tidak dapat diserap oleh kulit yang utuh.
Memakai shampoo, odol atau sabun mandi bersamaan dengan anggota keluarga anda yang terkena HIV juga tidak dapat menularkan HIV pada yang lain. Karena shampoo, odol atau sabun mandi apapun semuanya mengandung deterjen, dan virus tidak dapat hidup jika terkena deterjen bahkan lewat udara atau air tanpa deterjen pun virus tidak dapat hidup lama. Mungkin ketika pertama kali anda mendapati anggota keluarga terkena HIV atau bahkan AIDS anda menjadi sangat sedih, marah, panik, terguncang serta berbagai rasa tak enak lainnya tentunya berkecamuk.
Pertanyaan-pertanyaan yang muncul biasanya : “Mengapa harus menimpa keluarga kami?” atau malah sudah tidak bisa berkata-kata sama sekali karena sedih bercampur shock. Biasanya jika sudah muncul perta-nyaan “Mengapa terjadi” Anda mulai marah kepada si anggota keluarga yang terinfeksi HIV lalu mulai menyalahkan orang lain selain si anak, seperti : si suami, si istri atau bahkan teman main anggota keluarga yang saat ini menjadi terinfeksi. Benar bahwa reaksi-reaksi tersebut adalah reaksi normal manusia menerima kenyataan yang tidak baik yang tidak pernah mereka bayangkan. Namun, jika kita berputar-putar terus pada emosi marah kita, takut dan tertekan (karena mendengar informasi disekitar anda mengenai HIV yang menakutkan) hal tersebut tidak akan merubah keadaan anda maupun si penderita.
Selain membuat sang anak atau si penderita HIV tidak merasakan perhatian-kepedulian anda, kema-rahan anda hanya membuat anda semakin terlihat “hopeless” dan hal tersebut tidak membangun jiwa anak untuk tegar dan memiliki harapan bahwa masa depan selalu ada bagi setiap orang yang mengusa-hakan. Berikut ini adalah sebuah kutipan kejadian mengenai seorang ibu yang mendapati anaknya terinfeksi HIV yang kami kutip dari harian umum Pikiran Rakyat: “Mengapa ini harus menimpa keluarga kami?” ucap sedih seorang ibu tatkala menerima keterangan dokter bahwa anaknya, pemuda kurus berusia 27 tahun, positif mengidap HIV. Pertanyaan pedih kepada diri sendiri itu diawali dengan reaksi kemarahan hebat di luar ruang konsultasi dokter di sebuah rumah sakit swasta di Bandung. “Itulah hasil kelakukan kamu! Kalau sudah begini mau bagaimana lagi.” Kata sang ibu memarahi anaknya. Lama-kelamaan kemarahan itu berganti dengan isak tangis pedih.
Reaksi tersebut menurut seorang dokter sekaligus konselor Klinik Khusus melayani pengidap HIV – Human Immunodeffciency Virus dan AIDS – Acquired Immonediciency Sydrome, adalah reaksi yang sangat normal. Namun reaksi shock semacam ini secara pasti harus segera digantikan dengan sikap mendukung penderita. “Kasihan sekali jika penderita yang sebenarnya juga terguncang masih pula harus menghadapi kemarahan dari orang-orang terdekatnya. Yang sudah lalu, ya sudahlah. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana membantu dia menghadapi masa depannya” ujar dokter Nirmala.
Apalagi, jika penderita HIV atau AIDS adalah pencandu narkotika suntik. “Jiwa mereka labil sekali, sehingga butuh dukungan yang kuat dari lingkungan terdekatnya, terutama keluarga” menurut sang dokter. Bahkan, orang dengan mental yang kuat sekalipun dan sudah dipersiapkan dengan sangat hati-hati oleh dokter atau konselor dalam menerima “vonis” tersebut, tetap jatuh mental saat akhirnya tahu bahwa ia mengidap virus ini. “Lebih baik saya mati saja, Dok.”. Begitu kebanyakan kalimat spontan para penderita. Disinilah pentingnya peran pendamping dan keluarga atau sahabat untuk memberikan kekua-tan dan harapan bagi siapapun yang divonis mengidap HIV.
Dari Kasus-kasus yang HIV terjadi, banyak keajaiban pada pasien AIDS yang diterima dengan keikhlasan serta mendapat dukungan keluarga yang luar biasa. Dokter tersebut juga menyatakan “Mereka yang sudah sampai stadium empat itu ibarat tumbuhan yang dimakan ulat, sangat sakit dan tidak berdaya. Namun banyak kasus menunjukan, dengan dukungan dan pendampingan keluarga serta memperoleh therapy HIV secara kontinu, pasien bisa kembali berseri-seri. Dukungan orang-orang terdekat dan keluarga benar-benar obat paling mujarab, di samping obat-obatan itu sendiri”.
Hal yang mengharukan juga terjadi dari reaksi kalangan para perempuan yang mengetahui suaminya terkena penyakit tersebut. Umumnya, para perempuan tabah ini bener-bener mempraktikkan sumpah setia perkawinan mereka.
Banyak perempuan berujar kepada pasangan hidupnya “Apapun yang terjadi saya tidak akan meninggalkan bapak. Tidak hanya pada waktu senang saya mendampingi bapak, tapi juga pada saat sakit seperti ini”. Menurut dr. Nirmala menirukan pernyataan istri dari salah satu pasien-nya.
Cara Pencegahan Penyakit HIV/AIDS
"Mencegah lebih baik dari pada mengobati" memang sangat tepat saat membicarakan masalah AIDS sebab sampai saat ini belum juga ditemukan cara perawatan, vaksin, maupun obat-obatan yang dapat menghilangkan HIV dari dalam tubuh manusia. Oleh karenanya, mencegah penularan HIV merupakan cara yang paling efektif untuk menghindari AIDS.
Program pencegahan penularan dan penyebaran HIV lebih dipusatkan pada pendidikan masyarakat mengenai cara-cara penularan HIV. Dengan demikian, masyarakat (terutama kelompok perilaku resiko tinggi) dapat mengubah kebiasaan hidup mereka sehingga tidak mudah terjangkit HIV. Dan upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari HIV/AIDS adalah sebagai berikut:
1). Membiasakan Diri dengan Perilaku Seks yang Sehat
Sebagian besar penularan HIV terjadi melalui hubungan seksual. Oleh karena itu, membiasakan diri dengan perilaku seks yang sehat dapat menjauhkan diri dari penularan HIV. Misalnya, dengan tidak berhubungan seks di luar nikah, tidak berganti-ganti pasangan, dan menggunakan pengaman (terutama pada kelompok perilaku beresiko tinggi) sewaktu melakukan aktivitas seksual.
2). Menggunakan Jarum Suntik dan Alat-alat Medis yang Steril
Para tenaga medis hendaknya memperhatikan alat-alat kesehatan yang mereka gunakan. Jarum suntik yang digunakan harus terjamin sterilitasnya dan sebaiknya hanya sekali pakai. Jadi, setiap kali menyuntik pasien, seorang tenaga medis harus memakai jarum suntik yang haru. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah penularan HIV melalui jarum suntik. Selain itu, penggunaan sarung tangan lateks setiap kontak dengan cairan tubuh juga dapat memperkecil peluang penularan HIV.
3). Menjauhi Segala Bentuk Penggunaan Narkoba
Para pangguna narkoba sangat rentan tertular HIV, terutama pengguna narkoba suntik. Fakta menunjukkan bahwa penyebaran HIV di kalangan pengguna narkoba suntik tiga sampai lima kali lebih cepat dibanding perilaku resiko lainnya.
4). Tidak Terima Transfusi Darah dari Orang yang Mengidap HIV
Pemeriksaan medis yang ketat pada setiap transfusi darah dapat mencegah penularan HIV. Sebelum transfusi darah berlangsung, para ahli kesehatan sebaiknya melakukan tes HIV untuk memastikan bahwa darah yang akan didonorkan bebas dari HIV.
5). Menganjurkan Wanita Pengidap HIV untuk Tidak Hamil
Meskipun hamil adalah hak setiap wanita, namun bagi wanita pengidap HIV dianjurkan untuk tidak hamil. Sebab, wanita hamil pengidap HIV dapat menularkan virus kepada janin yang dikandungnya. Jika ingin hamil, sebaiknya mereka selalu berkonsultasi dengan dokter.