Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan Depresi. Depresi merupakan salah satu penyebab utama kejadian bunuh diri.
Depresi adalah masalah yang dialami banyak orang pada berbagai usia dan kelas sosial. Jumlah penderita depresi wanita dua kali lebih banyak dari pria, tetapi pria lebih berkecenderungan bunuh diri. Di Amerika Serikat, 17% orang pernah terkena depresi pada suatu saat dalam hidup mereka, dengan jumlah penderita saat ini lebih dari 19 juta orang.
Sebagai penyakit serius yang mempengaruhi jiwa dan badan kita, depresi tidak boleh dianggap remeh. Penderita depresi berusia lanjut rawan terkena kepikunan, mudah bingung dan bahkan kematian karena serangan jantung. Namun demikian, kabar baiknya adalah bahwa depresi dapat dikelola dengan baik bila Anda tahu tanda-tandanya.
Apa Itu Depresi?
Berikut adalah beberapa pengertian depresi menurut para ahli:
Menurut Rice PL (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.
Menurut Kusumanto (1981) depresi adalah suatu perasaan kesedihan yang psikopatologis, yang disertai perasaan sedih, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas. Depresi dapat merupakan suatu gejala, atau kumpulan gejala (sindroma).
Menurut Kartono (2002) depresi adalah kemuraman hati (kepedihan, kesenduan, keburaman perasaan) yang patologis sifatnya. Biasanya timbul oleh; rasa inferior, sakit hati yang dalam, penyalahan diri sendiri dan trauma psikis. Jika depresi itu psikotis sifatnya, maka ia disebutmelankholi.
Depresi adalah penyakit suasana hati. Penyakit depresi lebih dari sekadar kesedihan atau duka cita. Depresi adalah kesedihan atau duka cita yang lebih hebat dan bertahan terlalu lama. Ada berbagai penyebab depresi:
- peristiwa dalam kehidupan sehari-hari
- perubahan kimia dalam otak
- efek samping obat
- beberapa penyakit fisik
Kurang lebih 5-10% masyarakat umum mengalami depresi. Namun angka depresi pada ODHA dapat mencapai 60%. Perempuan terinfeksi HIV dua kali lebih mungkin mengalami depresi dibandingkan laki-laki.
Menjadi depresi bukan tanda berjiwa lemah. Depresi tidak berarti kita ‘gila’. Kita tidak akan sekadar ‘mengatasi’ depresi; menanganinya membutuhkan bantuan.
Penyebab Depresi
Penyebab depresi secara ilmiah adalah sebagai berikut:
- Faktor organobiologis karena ketidakseimbangan neurotransmiter di otak terutama serotonin.
- Faktor psikologis karena tekanan beban psikis, dampak pembelajaran perilaku terhadap suatu situasi sosial.
- Faktor sosio-lingkungan misalnya karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, paska bencana, dampak situasi kehidupan sehari-hari lainnya.
Beberapa obat yang dipakai untuk mengobati HIV dapat menyebabkan atau memburukkan depresi, terutama efavirenz. Ada berbagai penyakit (mis. anemia atau diabetes) yang dapat menyebabkan gejala serupa dengan depresi. Begitu juga penggunaan narkoba atau alkohol, serta tingkat testosteron, vitamin B6 atau vitamin B12 yang rendah.
Odha yang juga terinfeksi virus hepatitis lebih mungkin mengalami depresi, terutama bila diobati dengan interferon.
Faktor risiko lain termasuk:
- Perempuan
- Kita sendiri atau keluarga mempunyai riwayat penyakit jiwa, penggunaan alkohol berlebihan atau narkoba
- Kurang dukungan sosial
- Belum mengungkapkan status HIV
- Kegagalan terapi (ART atau lain)
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika: A. Lima (atau lebih) gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang; sekurangnya salah satu gejala harus (1) emosi depresi atau (2) kehilangan minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
Beberapa ahli juga memberikan penjelasan mengenai penyebab depresi. Menurut Kaplan dalam Tarigan (2003) Faktor-faktor yang dihubungkan dengan penyebab dapat dibagi atas: faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
1. Faktor Biologi
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.
Dalam penelitian biopsikologi, norepinefrin dan serotonin merupakan dua neurotransmitter yang paling berperan dalam patofisiologi gangguan mood. Beberapa peneliti juga menemukan bahwa gangguan mood melibatkan patologik dan sistem limbiks serta ganglia basalis dan hypothalamus.
2. Faktor Genetik
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50 %, sedangkan dizigot 10 – 25%.
Data genetik menyatakan bahwa faktor yang signifikan dalam perkembangan gangguan mood adalah genetik. Pada penelitian anak kembar terhadap gangguan depresi berat, pada anak kembar monozigot adalah 50 %, sedangkan dizigot 10 – 25%.
3. Faktor Psikososial
Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor psikososial yang memyebabkan terjadinya depresi antara lain;
Mungkin faktor inilah yang banyak diteliti oleh ahli psikologi. Faktor psikososial yang memyebabkan terjadinya depresi antara lain;
- Peristiwa kehidupan dan stress lingkungan : suatu pengamatan klinik menyatakan bahwa peristiwa atau kejadian dalam kehidupan yang penuh ketegangan sering mendahului episode gangguan mood.
- Faktor kepribadian Premorbid : Tidak ada satu kepribadian atau bentuk kepribadian yang khusus sebagai predisposisi terhadap depresi. Semua orang dengan ciri kepribadian manapun dapat mengalami depresi, walaupun tipetipe kepribadian seperti oral dependen, obsesi kompulsif, histerik mempunyai risiko yang besar mengalami depresi dibandingkan dengan lainnya.
- Faktor Psikoanalitik dan Psikodinamik : Freud menyatakan suatu hubungan antara kehilangan objek dan melankoli. Ia menyatakan bahwa kemarahan pasien depresi diarahkan kepada diri sendiri karena mengidentifikasikan terhadap objek yang hilang. Freud percaya bahwa introjeksi merupakan suatu cara ego untuk melepaskan diri terhadap objek yang hilang. depresi sebagai suatu efek yang dapat melakukan sesuatu terhadap agresi yang diarahkan kedalam dirinya. Apabila pasien depresi menyadari bahwa mereka tidak hidup sesuai dengan yang dicita-citakannya, akan mengakibatkan mereka putus asa.
- Ketidakberdayaan yang dipelajari: Didalam percobaan, dimana binatang secara berulang-ulang dihadapkan dengan kejutan listrik yang tidak dapat dihindarinya, binatang tersebut akhirnya menyerah dan tidak mencoba sama sekali untuk menghindari kejutan selanjutnya. Mereka belajar bahwa mereka tidak berdaya.
- Teori Kognitif: Beck menunjukkan perhatian gangguan kognitif pada depresi Asikal H.S. dalam Tarigan (2003) Dia mengidentifikasikan 3 pola kognitif utama pada depresi yang disebut sebagai triad kognitif, yaitu : a) Pandangan negatif terhadap masa depan, b) Pandangan negatif terhadap diri sendiri, individu menganggap dirinya tak mampu, bodoh, pemalas, tidak berharga, c) Pandangan negatif terhadap pengalaman hidup. Meyer berpendapat bahwa depresi adalah reaksi seseorang terhadap pengalaman hidup.
Penyebab depresi adalah faktor biologi, faktor genetik dan faktor psiko sosial. Dimana ketiga faktor tersebut juga dapat saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
Ciri-Ciri dan Gejala Depresi
Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik & sosial yang khas. Beberapa orang memperlihatkan gejala yang minim, beberapa orang lainnya lebih banyak. Tinggi rendahnya gejala bervariasi pada individu dan juga bervariasi dari waktu ke waktu. Menurut Institut Kesehatan Jiwa Amerika Serikat (NIMH), gejala dan tanda umum depresi adalah sebagai berikut:
- Rasa sedih, cemas, atau hampa yang terus-menerus
- Rasa putus asa dan pesimis
- Rasa bersalah, tidak berharga dan tidak berdaya
- Kehilangan minat atau kesenangan atas hobi atau aktivitas yang sebelumnya disukai, termasuk seks
- Energi lemah, kelelahan, menjadi lamban
- Sulit berkonsentrasi, mengingat, memutuskan
- Sulit tidur (insomnia) atau tidur berlebihan (hipersomnia)
- Sulit makan atau rakus makan (menjadi kurus atau kegemukan)
- Tidak tenang dan gampang tersinggung
- Gejala penyakit fisik yang tidak hilang dengan pengobatan seperti sakit kepala, masalah pencernaan (sulit buang air, diare, dll) dan nyeri kronis.
- Berpikir ingin mati atau bunuh diri
- Terkadang, merasa berat di tangan dan kaki
Menurut Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), ciri-ciri orang yang menderita depresi adalah:
- Keadaan emosi depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
- Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
- Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan)
- Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
- Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
- Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
- Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari
- Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
- Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri
Menangani Depresi
Depresi dapat ditangani dengan perubahan pola hidup, terapi tradisional, dan/atau dengan pengobatan. Banyak obat yang dipakai untuk depresi dapat berinteraksi dengan obat antiretroviral (ARV). Dokter dapat membantu memilih terapi atau kombinasi terapi yang paling cocok untuk kita. Jangan coba mengobati diri sendiri dengan alkohol atau narkoba karena zat ini dapat meningkatkan gejala depresi dan menimbulkan masalah lain.
Berikut adalah cara mengatasi depresi secara alami:
1. Mengunjungi bimbingan konseling
Jangan takut atau malu! Seorang konselor dapat memberi tahu Anda, jika Anda memang memerlukan bantuan medis yang lebih serius.
2. Berjalan-jalan di tempat yang asri
Alam memberi kita penyembuhan secara alami dengan pemandangan gunung yang hijau dan udara yang begitu segar. Efeknya, tubuh dan pikiran jadi lebih rileks dan nyaman.
3. Berolahraga
Anda bisa menikmati sesi olahraga di bawah sinar matahari pagi yang menghangatkan. Olahraga secara tidak langsung dapat membunuh depresi yang sedang Anda rasakan. Tubuh pun menjadi lebih bugar dan sehat.
4. Membaca buku
Dengan membaca buku, Anda bisa mengatasi perasaan depresi yang menyeruak tiba-tiba di pikiran Anda. Membaca buku bisa mengubah perspektif kita terhadap masalah yang kita hadapi. Jadi, pastikan Anda memilih bacaan yang benar.
5. Makanan peningkat mood
Ada beberapa makanan yang dikenal ampuh dalam meningkatkan mood, contohnya saja coklat. Coklat dapat mengembalikan semangat Anda dan mengubah suasana hati yang suram.
6. Tertawa
Penelitian telah menunjukkan bahwa tertawa dapat membuat Anda merasa lebih baik. Anda mungkin bisa memilih beberapa film komedi atau sitkom yang Anda sukai dan menontonnya ketika merasa depresi.
7. Memiliki keberanian untuk berubah
Satu-satunya cara terbaik untuk melawan depresi adalah dengan memiliki keberanian untuk berubah. Anda harus punya keberanian untuk melewati kegelapan dan menuju terang.
Jangan takut atau malu! Seorang konselor dapat memberi tahu Anda, jika Anda memang memerlukan bantuan medis yang lebih serius.
2. Berjalan-jalan di tempat yang asri
Alam memberi kita penyembuhan secara alami dengan pemandangan gunung yang hijau dan udara yang begitu segar. Efeknya, tubuh dan pikiran jadi lebih rileks dan nyaman.
3. Berolahraga
Anda bisa menikmati sesi olahraga di bawah sinar matahari pagi yang menghangatkan. Olahraga secara tidak langsung dapat membunuh depresi yang sedang Anda rasakan. Tubuh pun menjadi lebih bugar dan sehat.
4. Membaca buku
Dengan membaca buku, Anda bisa mengatasi perasaan depresi yang menyeruak tiba-tiba di pikiran Anda. Membaca buku bisa mengubah perspektif kita terhadap masalah yang kita hadapi. Jadi, pastikan Anda memilih bacaan yang benar.
5. Makanan peningkat mood
Ada beberapa makanan yang dikenal ampuh dalam meningkatkan mood, contohnya saja coklat. Coklat dapat mengembalikan semangat Anda dan mengubah suasana hati yang suram.
6. Tertawa
Penelitian telah menunjukkan bahwa tertawa dapat membuat Anda merasa lebih baik. Anda mungkin bisa memilih beberapa film komedi atau sitkom yang Anda sukai dan menontonnya ketika merasa depresi.
7. Memiliki keberanian untuk berubah
Satu-satunya cara terbaik untuk melawan depresi adalah dengan memiliki keberanian untuk berubah. Anda harus punya keberanian untuk melewati kegelapan dan menuju terang.
Terapi tradisional
Beberapa orang memperoleh hasil yang baik dari pijat, akupunktur dan olahraga. Ramuan St. John’s Wort dipakai secara luas untuk mengobati depresi. Namun jamu ini berinteraksi dengan ARV. Pastikan dokter diberi tahu bila kita pakai St. John’s Wort.
Valerian atau melatonin dapat membantu tidur. Bila ada kekurangan vitamin B6 atau B12, suplemen vitamin ini dapat membantu.
Antidepresan
Beberapa orang dengan depresi mengalami manfaat dari pengobatan. Namun antidepresan (obat untuk depresi) dapat berinteraksi dengan ARV. Antidepresan harus dipakai dalam pengawasan dokter yang mengetahui mengenai ARV yang kita pakai. Protease inhibitor sering berinteraksi dengan antidepresan.
Antidepresan yang paling sering dipakai adalah obat dalam golongan Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI). Obat dalam golongan ini dapat menyebabkan kehilangan gairah dan fungsi seks, kehilangan nafsu makan, sakit kepala, insomnia (sulit tidur), kelelahan, mual, diare, dan kegelisahan.
Obat dari golongan trisiklik menyebabkan lebih banyak efek samping daripada SSRI. Obat dari golongan ini dapat menyebabkan sedasi (tenang berlebihan seperti dibius), sembelit, dan denyut jantung yang tidak teratur.
Beberapa dokter meresepkan perangsang jiwa (psychostimulant), obat yang dipakai untuk mengobati gangguan defisit perhatian (attention deficit disorder).
Sebuah penelitian baru menunjukkan bahwa pengobatan dengan DHEA dapat mengurangi depresi pada beberapa Odha.
Mencegah Depresi
Ada beberapa cara mencegah depresi datang kembali. Salah satunya adalah sebagai berikut:
- Bersikap realistis terhadap apa yang anda harapkan dan apa yang bisa anda lakukan. Buat tujuan yang bisa anda capai. Jika anda punya suatu tugas besar yang harus dilakukan, pecahlah menjadi beberapa langkah yang lebih kecil, yang bisa anda tangani. Jangan mengambil lebih dari yang bisa anda tangani.
- Jangan menyalahkan diri sendiri atau orang lain untuk masalah depresi anda.
- Jangan membanding-bandingkan diri Anda dengan orang lain.
- Pikirkan untuk menyimpan keputusan besar sampai depresi anda sembuh. Tunggu sementara waktu terhadap pembuatan keputusan tentang menikah, bercerai, atau pekerjaan. Berbicaralah dengan teman atau orang yang anda sayangi, yang bisa membantu anda menolong untuk melihat gambaran besarnya.
- Dapatkan dukungan dari orang lain. Keluarga anda bisa menolong anda dalam mendapatkan perawatan yang tepat. Dukungan sosial dan kelompok pendukung bisa memberikan peluang untuk berbicara dengan orang yang punya masalah yang sama dengan anda.
- Katakan kepada orang yang anda percayai mengenai depresi anda. Hal itu lebih baik dibandingkan hanya disimpan sendiri dan membuatnya menjadi rahasia.
- Rutinlah melakukan olahraga dan kegiatan outdoor (di luar rumah).
- Janganlah terlalu menyesali suatu kegagalan. Percayalah bahwa kegagalan adalah kekuatan.
- Bangunlah harga diri dan cobalah bersikap positif.
- Bersikaplah tenang dan tidak mudah marah.
- Jangan menyendiri atau menjauhi diri dari pergaulan.
- Cobalah menjadi religius, bersosialisasi, berlibur, atau melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.
- Jika anda menderita masalah kesehatan lain, seperti diabetes, penyakit jantung, atau tekanan darah tinggi, maka lakukan perawatan. Katakan kepada dokter anda mengenai semua obat yang telah anda minum, dengan atau tanpa resep dokter. Konsultasikanlah kepada dokter Anda tentang obat yang akan Anda minum. Karena ada beberapa obat yang dapat menimbulkan depresi.
- Bacalah Artikel Motivasi yang mampu memberikan pencerahan pada masalah-masalah Anda. Jika Anda memiliki masalah dalam hal cinta, cobalah untuk membaca artikel-artikel Tips Cinta.
Depresi Di Kalangan Remaja
Remaja adalah orang yang cukup rentan mengalami depresi. Istilah populernya adalah ‘galau’. Hal ini mungkin disebabkan oleh sifat remaja yang labil. Remaja bisa saja galau karena cinta, hubungan dengan keluarga, lingkungan pergaulan teman-teman disekitarnya, ambisi yang tidak pernah tercapai, penurunan prestasi mendadak, tidak lulus ujian nasional, dan lain-lain. Depresi yang dialami oleh remaja bisa dicegah melalui pendekatan oleh orangtua, guru, dan lingkungan. Remaja yang depresi disarankan untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog. Ada banyak sekolah yang menyediakan fasilitas bimbingan konseling (BK) yang disediakan untuk mengatasi berbagai masalah yang dialami remaja di sekolah.