Beberapa hari yang lalu aku diminta oleh Yayasan Nurul Iman untuk mengisi sebuah seminar dan workshop cara merancang pembelajaran kreatif untuk siswa. Peserta workshop adalah guru-guru TK-SD-TPA Nurul Iman – Jakarta. Rangkaian acara seminar dan workshop berlangsung selama 3 hari, dalam selang waktu yang berbeda-beda.
Seminar dan Workshop Hari Pertama
Acara diawali dengan seminar yang menghadirkan pembicara ibu Ery Soekresno, seorang psikolog yang juga trainer dan pengelola Sekolah Komunitas Kebon Maen, Cibinong. Beliau menyampaikan materi tentang bagaimana cara meningkatkan kualitas guru. Aku suka dengan cara bu Ery memaparkan tentang cara belajar di sekolahnya. Walaupun di sekolahnya tetap memakai KTSP, tapi buku cetak yang ada hanya digunakan sebagai referensi para guru. Materi yang diajarkan lebih banyak memasukkan porsi keseharian kehidupan. Waah, coba semakin banyak sekolah yang berani seperti itu.
Dalam sesi seminar berikutnya, aku mengisi materi tentang “Creative Delivery in Classroom“. Isi materi seminarku adalah mengapa pembelajaran kreatif itu penting untuk anak usia TK-SD dan bagaimana menghadirkan proses belajar kreatif untuk anak-anak.
Diantara materi yang sampaikan dalam seminar itu adalah tentang adanya perbedaan cara pandang antara orang dewasa dan anak yang perlu diperhatikan oleh para guru.
- Orang dewasa fokus pada materi, anak fokus pada proses
- Orang dewasa memikirkan subtansi, anak melihat kemasan
- Orang dewasa mementingkan kedalaman, anak memilih hal yang menyenangkan
Ketiga hal sederhana ini kadang dilupakan oleh orang dewasa (guru/orangtua) sehingga ketika memberi materi kepada anak kecil sangat fokus pada pemberian materi (konten) sehingga prosesnya berlangsung tidak menyenangkan bagi anak. Orang dewasa cenderung menganggap proses, kemasan, dan cara-cara yang menyenangkan itu tidak penting dan hanya buang-buang waktu. Hal-hal yang dianggap penting oleh anak cenderung dianggap sebagai asesori yang diabaikan orang dewasa. Padahal, jika orang dewasa (guru) memperhatikan sudut pandang anak (proses, kemasan, menyenangkan), banyak hal yang bisa diperoleh: anak-anak bahagia, materi-materi yang berat pun bisa diserap anak.
Dalam seminar tentang pengajaran/pembelajaran kreatif itu, aku juga membahaskan tentang kekuatan gambar pada anak-anak usia visual & kinesthetic learner. Menghadirkan kekuatan aspek visual menjadi pintuk masuk yang kuat untuk menghadirkan pengajaran yang kreatif di kelas.
Suasana Seminar:
Setelah seminar, para guru dibagi menjadi 3 kelas kecil. Acara selanjutnya adalah Workshop merancang pembelajaran kreatif di kelas. Aku dibantu Wiwiet memegang 2 kelas.
Dalam workshop, kami mulai membimbing para guru untuk membuat materi pembelajaran yang kreatif. Proses ini diawali dengan menurunkan silabus ke dalam peta materi belajar, yang kemudian diubah menjadi materi belajar di kelas.
Step 1: Menurunkan Silabus menjadi MindMap
Proses pertama dalam workshop adalah mengajarkan kepada para guru teknik menurunkan silabus menjadi peta materi belajar dengan menggunakan metode Mind Map. Dengan bantuanText2mindmap.com kami membimbing guru-guru mencari “kata kunci” dari silabus yang mereka miliki, kemudian menurunkan isi silabus menjadi sebuah peta materi belajar (mindmap).
Text2mindmap adalah website untuk membuat mindmap berbasis Internet. Text2mindmap kami pilih karena relatif mudah digunakan dan tidak terlalu berat untuk diakses secara bersamaan menggunakan internet di lab komputer sekolah.
Step 2: Membuat presentasi kreatif dengan Power Point
Dari hasil mindmap, materi workshop selanjutnya adalah belajar membuat materi presentasi. Proses membuat materi presentasi ini diawali dengan mencari kata kunci berdasarkan mindmap yang sudah dibuat. Alat yang digunakan adalah Text2Mindmap dan Power Point.
Contohnya:
Berikut contoh materi presentasi yang dibuat berdasarkan mindmap di atas:
Workshop Hari Kedua
Pada workshop hari kedua, materi yang dibahaskan adalah pendalaman materi membuat presentasi dengan Power Point. Materi pendalaman ini dibuat berdasarkan evaluasi hari pertama workshop.
Yang menarik dari workshop ini adalah rentang keterampilan teknologi pada para guru yang sangat beragam. Ada yang sudah sangat mahir sehingga mendamba adanya aplikasi animasi dalam presentasi, tapi ada yang minta diajari dari mulai cara menyalakan komputer.
Itulah sebabnya, berdasarkan kesepakatan dengan Yayasan, kami sepakat untuk menjadikan workshop hari kedua sebagai pendalaman dan praktek lebih banyak dari para guru untuk membuat mindmap hingga menjadi materi presentasi slide Power Point. Kami ingin menjadikan workshop ini benar-benar bermanfaat bagi para guru untuk membantu mereka di kelas, bukan hanya sekedar memenuhi formalitas saja.
Dan ternyata keputusan ini memang tepat. Terjadi perubahan yang siginifikan dalam peningkatan keterampilan para guru.
Hari pertama workshop hanya 10% peserta yang berani mengumpulkan materi presentasi hasil karyanya. Tapi pada workshop hari kedua, lebih dari 80% peserta berhasil membuat dan mengumpulkan materi slide.
Evaluasi dari workshop hari kedua, kendala terbesar ada pada kualitas koneksi Internet. Internet ini dibutuhkan untuk mencari gambar dan materi presentasi agar variatif dan bagus. Tetapi karena kualitas koneksi Internet kurang bagus, prosesnya sering terkendala dan membutuhkan waktu yang lebih lama.
Workshop Hari Ketiga
Pada workshop sebelumnya, pendekatan utama untuk menyajikan materi kreatif adalah meningkatkan aspek visual. Pada workshop hari ketiga, aku memperkenalkan lapbook sebagai alat untuk belajar. Lapbook adalah materi belajar yang memfasilitas sisi kinestetis pada anak-anak karena sifatnya sangat hands-on. Lapbook bermanfaat untuk stimulasi belajar yang sifatnya fisik (motorik halus), visual, teks, kreativitas.
Step 3: Mengubah Mindmap menjadi Lapbook
Kegiatan workshop ini masih merupakan kelanjutan dari workshop-workshop sebelumnya. Prosesnya masih menggunakan mindmap yang dibuat pada workshop hari pertama. Bedanya, kali ini hasil mindmap akan diolah menjadi lapbook. Juga, materi lapbook ini ditujukan untuk anak-anak, bukan bahan materi guru.
Para guru berlatih membuat materi yang nantinya akan dibuat oleh anak-anak di kelas. Gagasan utama lapbook adalah membuat rangkuman dari sebuah tema materi yang bisa membantu anak-anak lebih cepat memahami materi yang dipelajarinya.
Bayangkan betapa asiknya kalau menjelang ujian anak-anak tidak belajar dari buku catatan tapi melalui materi visual seperti lapbook. Suasana belajar pasti akan lebih menyenangkan dan menarik untuk anak.
Hal yang penting ditekankan dalam workshop membuat lapbook adalah bahwa ini bukan kelas prakarya. Lapbook adalah alat untuk belajar.
Oleh karena itu, kemampuan yang perlu dikuasai oleh guru yang ingin menggunakan lapbook adalah mengenali kata kunci dari tujuan belajar (learning outcomes) yang ingin dicapai. Dari sana baru ditarik mundur kira-kira bagaimana cara menyampaikan materi tersebut kepada anak secara menarik dengan menggunakan media lapbook. Karena lapbook bukan kelas prakarya, maka tantangan para guru adalah jangan sampai berfokus hanya pada membuat dan menghias lapbook hingga bagus, tetapi juga memastikan agar materi pembelajaran yang diharapkan dapat dicapai.
Sepertinya sesi ini adalah sesi favorit karena semua guru mengumpulkan hasil pekerjaan dengan hasil yang bagus-bagus. Ada dari matematika, IPA, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Olahraga dll.
Penutup
Sebenarnya, rancangan materi workshop ini ada satu tema lagi, yaitu membuat kegiatan belajar berbasis digital (internet). Aku ingin memperkenalkan para guru dengan proses belajar digital menggunakan platform Edu Glogster. Tetapi karena materi workshop hari kedua digunakan untuk pendalaman, maka materi ini tertunda. Mungkin suatu waktu tema ini bisa diajarkan lagi. Tentu saja, ada prasyarat yang harus disiapkan yaitu perbaikan kualitas koneksi Internet agar proses belajar dapat berlangsung lancar.
Secara keseluruhan, aku melihat antusiasme dan kehausan para guru untuk belajar. Bahagia melihat para guru bersemangat untuk belajar, walaupun ada beberapa orang yang terkendala dengan keterampilan menggunakan komputer. Materi lapbook menjadi favorit dan mencipta antusiasme tersendiri.
Harapanku, semoga para guru berhasil mempraktekkan teknik belajar menyenangkan ini di kelas & membuat anak-anak semakin semangat belajar.
Berikut ini beberapa komentar tertulis para guru mengenai workshop ini:
- Alhamdulillah, sejak kemarin saaya banyak mendapat ilmu. Terima kasih mbak Mira dan mbak Wiwit. Nanti kapan-kapan ke NI lagi ya…
- It’s very inspiring. I’m sure students will love learning with style
- Sangat inspiratif, amazing dan luar biasa. Pesan, semoga waktu yang diberikan bertambah jamnya.
- Cukup menarik, tapi terlalu singkat.
- Materinya bagus, waktu kurang untuk Power Point.
- Acaranya gak bikin bosen karena benar-benar workshop hands-on. Dan rasanya tidak akan mudah lupa jika metodenya seperti ini. Materinya juga aplikatif, bermanfaat sekali. Alhamdulillah.
- Banyak sekali ilmu yang saya dapatkan. Insya Allah akan dipraktekkan agar semakin lancar.
- Materinya sangat menarik dan menyenangkan. Ingin ikut pelatihan lagi.
- Menarik banget, melatih kreativitas. Saya berharap ada follow up selanjutnya agar kreativitas kami tetap terjaga dan meningkat. Lanjut terus bu, bangun bangsa!