Anarkis, Perkuliahan STMIK Dipanegara Diliburkan

Aksi anarkis kembali dipertontonkan sejumlah mahasiswa. Kali ini, terjadi di Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Dipanegara. Aksi unjuk rasa memprotes kenaikan Biaya Penyelenggaraan Pendidikan (BPP) berujung kericuhan. Sejumlah fasilitas kampus yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan itu, dirusak mahasiswa, Senin 15 April, kemarin. 

Para mahasiswa yang mengatasnamakan diri Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STMIK, memecahkan kaca di laboratorium STMIK Dipanegara. Tidak hanya itu, mereka juga merusak puluhan komputer di laboratorium itu. Mereka melempar komputer itu dari lantai III ke pelataran kampus. Akibatnya, pihak yayasan kampus STMIK Dipanegara meliburkan aktivitas perkuliahan, sampai batas waktu yang tidak ditentukan. 

Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) STMIK Dipanegara, Hayatullah mengatakan, aksi unjuk rasa itu dilakukan sebagai bentuk kekecewaan mahasiswa terhadap rencana kenaikan BPP STIMIK Dipanegara, tahun ini. Kenaikan BPP dari Rp3 juta menjadi Rp3,4 Juta, kata dia, tidak disertai dengan peningkatan fasilitas pendidikan yang ada di STMIK. 

"Akreditasi STMIK tahun ini malah turun dari akreditasi B menjadi akreditasi C. Kok mahasiswa malah dibebani dengan kenaikan BPP," jelasnya. 

Ketua I Badan Pengurus Harian (BPH) STMIK Dipanegara, Edward Poelinggomang mengatakan, untuk mencegah meluasnya aksi kerusuhan, pihak yayasan kampus mengambil inisiatif untuk meliburkan mahasiswa sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Erward mengatakan, kenaikan BPP kampus dilakukan untuk mengimbangi pengeluaran yang dilakukan kampus. Menurut dia, saat ini STMIK membutuhkan tambahan tenaga pengajar akibat membeludaknya mahasiswa di STMIK. 

"Sekarang kita hanya punya 108 dosen. Sementara mahasiswanya mencapai 4000-an. Ini sudah tidak berimbang, perbandingan mahasiswa dengan dosen itu maksimal 1 banding 40," ujarnya