Hizbullah Libanon mengecam seruan Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang meminta kelompok militan Syiah ini ditetapkan sebagai organisasi teroris. Seruan Obama ini merujuk pada peristiwa serangan bom terhadap wisatawan Israel di Bulgaria tahun lalu, yang sebagian pelakunya adalah anggota Hizbullah.
Uni Eropa sejauh ini menolak tekanan AS dan Israel untuk memasukkan Hizbullah dalam daftar hitam sebagai organisasi teroris. Desakan dari dua negara ini kian kencang setelah pengadilan di Siprus menghukum anggota Hizbullah, Kamis 21 Maret 2013, karena bersekongkol untuk melawan kepentingan Israel di sana.
Obama mengatakan, pembunuhan lima turis Israel pada bulan Juli lalu dan dukungannya terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad, merupakan alasan yang cukup bagi negara lain untuk bersikap. "Setiap negara yang menghargai keadilan harus menyebut Hizbullah sebagai organisasi teroris," katanya saat di Yerusalem, Kamis 21 Maret 2013. Washington sudah menetapkan Hizbullah sebagai organisasi teroris dan menerapkan sanksi terhadapnya.
Hizbullah mengatakan, seruan Obama itu adalah bagian dari penguat kampanye yang selama ini dilakukan Israel. Komentar Obama itu menunjukkan bahwa Amerika Serikat hanya tertarik memuaskan sekutu Yahudi-nya. "Hizbullah ... hanya dapat menyampaikan kecaman kuat atas sikap Amerika ... yang menempatkan Washington dalam posisi bermitra penuh dengan musuh (Israel) dengan semua kejahatannya," kata Hizbullah, dalam pernyataannya, Jumat 22 Maret 2013.
Hizbullah, yang didirikan dengan dukungan Iran selama perang sipil Lebanon, dipersalahkan dalam kasus pemboman bunuh diri yang menghancurkan Kedutaan Besar AS dan basis Marinir di Beirut tahun 1983. Kelompok ini juga berperang dalam konflik selama 34-hari dengan Israel tahun 2006.
Israel membunuh 1.200 orang di Libanon selama perang itu. Menurut PBB, sebagian besar korban adalah warga sipil. Hizbullah menewaskan 160 warga Israel, sebagian besar dari mereka adalah tentara. Kedua belah pihak juga menyatakan, setiap konflik mereka di masa depan akan lebih mematikan.
Hizbullah juga menuduh Obama memilih berdiri di sisi Israel dengan menyatakan bahwa dunia Arab harus menerima Israel sebagai negara Yahudi dan membuat perdamaian tanpa menerima tuntutan Arab, yaitu kembalinya jutaan pengungsi Palestina ke negaranya dan dihentikannya pembangunan pemukiman baru oleh Israel.
Menurut Hizbullah, komentar Obama membuatnya tampak "Seperti pekerja dari entitas Zionis ketimbang seorang pejabat tinggi dari pemerintahan negara yang merdeka, Amerika Serikat," katanya.
Adanya sikap Obama itu, kata Hizbullah, semakin memperkuat keyakinannya bahwa jalan negosiasi untuk menyelesaikan konflik Arab-Israel merupakan sia-sia dan menunjukkan bahwa pendekatan yang benar adalah "Perlawanan ... sebagai satu-satunya cara untuk mengambil kembali hak dan martabat, kebebasan dan kemerdekaan."