Monday, February 25, 2013

KATA HATI


Banyak yang mengatakan jika kata hati itu tidak pernah salah, tetapi untuk kasus Kata Hati yang satu ini mungkin ia akan mengecewakanmu. Diangkat dari novel teenlit milik Bernard Batubara yang sebelumnya pernah menghadiirkanRadio Galau, Kata Hati punya jeroan yang tidak jauh berbeda dengan pendahulunya itu; galau, galau dan galau lagi. Ceritanya tentang seorang penggemar kopi pahit, eh, maksud saya seorang fotografer yang sedang galau berat karena ditinggal pacar cantiknya, Dera (Kimberly Ryder), yang memilih untuk mengejar karier modeling-nya ketimbang duduk-duduk santai di kedai kopi. Lalu di sudut lain ada Fila (Joanna Alexandra), jomblowati seumur hidup dan friend-zoner sejati yang suatu hari harus merelakan sahabatnya jatuh cinta dengan orang lain. Yang terjadi kemudian adalah kedua insan yang gundah gulana ini kemudian bertemu dan saling menyebuhkan satu sama lain.
Ini sangat sederhana, pria bertemu dengan wanita lalu kemudian jatuh cinta, tidak peduli jika kemudian diselipkan embel-embel cinta segitiga, cinta SMU atau cinta lama bersemi kembali itu pada akhirnya menjadi tidak terlalu penting lagi, toh Kata Hati sendiri memang bukan tontonan yang penting. Jika kamu mengetahui sepak terjang penulis naskahnya tentu tidak heran jika romansa garapan sutradara Iqbal Rais ini punya nada yang sama dengan karya-karya sebelumnya. Jadi jika seorang Haqi Achmad bisa membuat pocong bergalau ria kenapa tidak dengan yang satu ini, toh karakternya hanyalah seorang pria dan perempuan Jogja biasa yang sedang mengalami krisis percintaan. Yang menjadi masalah bukan premis sederhananya, namun bagaimana kamu seharusnya bisa membuat sesuatu yang kecil menjadi lebih besar, bukan tetap kecil seperti novelnya.
Ya, naskahnya lemah dan cenderung terlalu lurus, tidak peduli kemudian ia diberikan penghalang berupa seorang cantik bernama Kimberly Rider yang muncul ditengah-tengah dua hati yang sedang saling mengobati dan memperburuk keadaan toh ia tidak pernah menjadi terlalu rumit, bahkan kita bisa ‘mencium’ endingnya dari kejauhan tanpa harus menjadi anjing pelacak tapi sekali lagi bukan hanya itu masalahnya. Ekskusi yang dilakukan Iqbal Rais juga semakin memperparah segalanya. Alurnya lambat, terlalu bertele-tele tidak peduli ketika ia bersama DOP-nya berhasil menangkap gambar-gambar cantik kota Jogja atau bagaimana Andhika Triyadi mampu membungkusnya dengansoundtrack-soundtrack romantis, ini sama sekali tidak bekerja dengan baik, itu saya belum menyebut dua karakter utamanya yang tidak punya cukup chemistry untuk membuatmu percaya bahwa ada banyak cinta di dalamnya. Lalu ada sub plot bodoh tentang adik Fila yang sama sekali tidak penting kecuali untuk memperpanjang durasiny.
Kata Hati itu seperti permen karet yang dengan cepat kehilangan rasa manisnya. Tidak ada yang salah dengan premisnya yang usang, tetapi ketika Haqi Achmad tidak mampu mengolah sumbernya dengan baik maka kamu bisa lihat hasilnya; sebuah kegalauan yang kosong. Tetapi Haqi tidak sendiri, Iqbal Rais dengan penyajian yang ala kadarnya juga membuat Kata Hati terasa seperti FTV ketimbang sebuah film layar lebar.

PEMBELAJARAN IPA DI LUAR KELAS

IPA merupakan salah satu Mata Pelajaran yang mempunyai ruang lingkup sangat luas. Di dalam IPA dipelajari tentang sesuatu yang berhubungan ...