Hukum Kekekalan Momentum Sudut-
Anda telah mempelajari bahwa sebuah benda yang bergerak pada suatu
garis lurus, memiliki momentum yang disebut momentum linear. Sekarang,
bagaimana dengan benda yang berotasi? Pada benda yang melakukan gerak
rotasi juga terdapat momentum yang disebut momentum sudut. Momentum
sudut didefinisikan sebagai perkalian antara momen inersia dan kecepatan sudut. Secara matematis, ditulis sebagai berikut.
L = Iω
dengan: I = momen inersia (kgm2),
ω = kecepatan sudut (rad/s), dan
L = momentum sudut (kgm2/s).
Momentum
sudut merupakan besaran vektor karena memiliki besar dan arah. Arah
momentum sudut dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Arah putaran keempat jari menunjukkan arah rotasi, sedangkan ibu jari menunjukkan arah momentum sudut.
Apabila jari-jari benda yang melakukan gerak rotasi jauh lebih kecil dibandingkan dengan jarak benda itu terhadap sumbu rotasi r, momentum sudut benda itu dinyatakan sebagai momentum sudut partikel yang secara matematis dituliskan sebagai
L = mvr
Benda pejal bermassa m yang bergerak dengan kecepatan v pada lingkaran berjari-jari r. Momentum sudutnya = mvr.
Bila
vektor dan saling sejajar maka momentum sudut benda adalah nol. Bila
antara vektor dan saling tegak lurus maka besar momentum sudut adalah
rmv. Mari kita tinjau sebuah partikel bermassa m yang berotasi dengan
jari-jari konstan r memiliki kecepatan sudut ω. Kecepatan linear partikel adalah seperti pada Gambar (2)
Gambar 2. (a) Jika r sejajar p maka L=0.(b) jika r tegak lurus p maka nilai L maksimal = rmv,(c) jika antara r dan membentuk sudut θ maka L=rm sin θ.
Momentum sudutnya adalah:
Arah momentum sudutnya ke arah sumbu z positif.
Besarnya momentum sudut adalah:
Tampak
bahwa momentum sudut analog dengan momentum linear pada gerak rotasi,
kecepatan linear sama dengan kecepatan rotasi, massa sama dengan momen
inersia. Jika momen gaya
luar sama dengan nol, berlaku Hukum Kekekalan Momentum Sudut, yaitu
momentum sudut awal akan sama besar dengan momentum sudut akhir. Secara
matematis, pernyataan tersebut ditulis sebagaiberikut.
Lawal = Lakhir
I1ω1 + I2ω2 = I1ω1‘ + I2ω2‘ ….(3)
Dari Persamaan (3), dapat dilihat bahwa apabila I bertambah besar, ω akan semakin kecil. Sebaliknya, apabila ω semakin besar maka I akan mengecil. Prinsip ini diaplikasikan oleh pemain es skating dalam melakukan putaran (spinning).
Saat akan memulai putaran badan, pemain es skating merentangkan
lengannya (momen inersia pemain akan semakin besar karena jarak lengan
dengan badan bertambah). Kemudian, ia merapatkan kedua lengannya ke arah
badan agar momen inersianya mengecil sehingga putaran badannya akan
semakin cepat (kecepatan sudutnya membesar).
Prinsip hukum kekekalan momentum sudut juga dipakai pada peloncat indah. Saat peloncat meninggalkan papan memiliki laju sudut ωo,
terhadap sumbu horizontal yang melalui pusat massanya, sehingga dia
dapat memutar sebagian tubuhnya setengah lingkaran. Jika ia ingin
membuat putaran 3 kali setengah putaran, maka ia harus mempercepat laju
sudut sehingga menjadi 3 kali kelajuan sudut semula. Gaya yang bekerja
pada peloncat berasal dari gravitasi, tetapi gaya gravitasi tidak
menyumbang torsi terhadap pusat massanya, maka berlaku kekekalan
momentum sudut. Agar laju sudutnya bertambah maka dia harus memperkecil
momen inersia menjadi 1/3 momen inersia mula-mula dengan cara menekuk
tangan dan kakinya ke arah pusat tubuhnya.
Contoh soal hukum kekelan momentum sudut
Diketahui sebuah piringan hitam bermassa m dan berjari-jari R. Piringan hitam ini diletakkan di atas sebuah meja putar dengan jari-jari R dan massa M yang sedang berputar dengan kecepatan sudut ω
. Meja putar ini dapat berputar dengan bebas tanpa ada momen gaya luar
yang bekerja padanya. Jika piringan hitam dan meja putar dapat dianggap
sebagai silinder homogen, berapakah kecepatan sudut akhir sistem?
Diketahui:
mmeja = M, rmeja = R, ω meja = ω , mpiringan = m, dan rpiringan = R.
Gunakan Hukum Kekekalan Momentum Sudut, yaitu (momentum sudut awal = momentum sudut akhir)
Lmeja = Lmeja + Lpiringan → Imω = Imω2 + Ipω2
Mω = (M + m) ω ‘
Kecepatan sudut akhir sistem adalah
Contoh berikutnya
Seorang
penari balet berputar dengan kecepatan sudut w, momen inersianya Im.
Bila dia kemudian merentangkan kedua tangannya sehingga momen inersianya
menjadi Ia, berapa kecepatan sudut penari sekarang?
Kita
bisa menyelesaikan dengan menggunakan hukum kekekalan momentum sudut.
Pada penari tidak ada gaya dari luar maka tidak ada torsi dari luar,
sehingga momentum sudut kekal:
Penari
merentangkan kedua tangannya maka momen inersianya menjadi bertambah.
Ia>Im maka kecepatan sudut penari menjadi berkurang.
Begitu
juga bila penari balet mula-mula tangannya terentang, kemudian dia
merapatkan kedua tangannya. Momen inersia penari akan mengecil sehingga
kecepatan sudutnya menjadi lebih besar. Kecepatan sudut bisa berubah
meskipun tidak ada torsi dari luar. Tenaga kinetik rotasi penari juga
tidak konstan.