Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro angkat bicara mengenai bangkrutnya Yunani beberapa waktu lalu. Menurut Bambang, Indonesia bisa mengambil pelajaran berharga dari bangkrutnya negara maju tersebut.
Bambang mengatakan, salah satu pelajaran yang bisa diambil adalah dengan terus menjaga Fiskal Sustainbility. Sebab, Yunani di mata Bambang adalah sebuah negara yang menggampangkan banyak hal, namun berpengaruh besar terhadap kondisi keuangan negaranya.
"Yunani itu seenaknya saja bikin defisit budget sebesar 8 persen. Kemudian mereka menutupnya pakai Utang Luar Negeri (ULN). Maka ujung-ujungnya, debt to GDP rasionya 50-70 persen," ujarnya di Kantor Direktorat Jenderal Pajak Jakarta, Kamis (2/7).
Menurut Bambang, Yunani mudah sekali mendapatkan utang dari luar negeri, sehingga mereka terkesan tidak serius dalam pengumpulan pajak dari dalam maupun luar negerinya.
"Mereka akhirnya tidak biasa narik pajak dari dalam dan proyek luar negeri. Makanya ketika surat utang mereka tidak prospektif, mereka jadi bingung nutupnya bagaimana. Karena tidak biasa narik pajak, ya akhirnya mereka jatuh," jelas dia.
Diberitakan sebelumnya, Yunani resmi menjadi negara bangkrut karena tidak mampu membayar utang sebesar USD 1,7 miliar atau setara Rp 22,7 triliun ke International Monetary Fund (IMF) yang jatuh tempo pada 30 Juni 2015 lalu.
Yunani menjadi negara maju pertama yang gagal bayar utang ke IMF, sebuah organisasi dari 188 negara yang mencoba untuk menjaga kestabilan ekonomi dunia. Akses Yunani ke IMF akan diputus hingga negara tersebut bisa melunasi utang-utangnya.
Sebenarnya Yunani bisa melunasi utangnya menggunakan dana bantuan yang diberikan tiga serangkai Uni Eropa, ECB dan IMF sekitar Rp 108 triliun. Namun, Yunani menolak syarat utang yang diajukan IMF, salah satunya pengurangan anggaran untuk gaji dan pensiun PNS dan menaikkan pajak di Yunani.
Perdana Menteri Yunani, Alexis Tsipras mengeluarkan kebijakan untuk melakukan referendum atau voting suara rakyat terhadap tawaran baru dari Eropa dan IMF pada hari Minggu ini.