Urusan yang satu ini memang tiada habisnya setiap tahun. Setiap kali ada yang sadar dengan bahaya virus merah jambu ini, muncul lagi generasi baru superpolos yang terjangkit virus para kapitalis hedonis tentang apa yang harus dilakukan pada 14 Februari.Remaja adalah target utama doktrin-doktrin cinta yang menyesatkan ini. Setiap 14 Februari para remaja diarahkan untuk merayakan hari kasih sayang. Judulnya sih begitu, praktiknya tidak lebih dari hari maksiat.
Entah konsensus dari mana, tapi cinta hanya disetarakan dengan kartu ucapan, sebatang cokelat, dan bunga mawar. Bahkan mirisnya lagi, Valentine Day ini sudah menjelma menjadiajang pelepasan kehormatan wanita secara massal. Wah, ini benar-benar parah. Kalau masih keukeuh merayakan Valentine, kuy lihat asal-usulnya dulu!
Zaman dahulu di bangsa Romawi yang menjadi dasar peradaban barat, mereka hidup dengansuatu adat yang menjadikan kepuasan fisik badaniah sebagai tujuan hidup mereka, yakni Money, Drink, and Sex. Bahkan selingkuh menyelingkuhi, dan hubungan badan dalam keluarga adalah hal yang lumrah.Jauh sebelum dunia mengenal hari kasih sayang, orang Romawi punya “Festival Lupercalia”, yakni rangkaian hari raya yang dipersembahkan kepada Lupercus sang dewa kesehatan dan kesuburan seksual, dan Juno Februa dewi pernikahan dan kesuburan. Perayaan ini digelar setiap tahun, yakni pada tanggal 13-15 Februari.
Proses perayaan ini dimulai dengan menaruh nama-nama gadis perawan di sebuah tempat dalam kertas-kertas yang terpisah, kemudian laki-laki mengambilnya satu persatu untuk mengambilnya secara acak. Siapa yang terpilih, itulah yang akan menjadi partner untuk melakukan hubungan
badan sepanjang malam itu.Begitulah “Festival Lupercalia” yang dipraktikkan selama berabad-abad pada masa Romawi. Hubungan badan yang dihalalkan dalam bentuk adat istiadat, yang bersesuaian dengan misi hidup mereka, yakni menjadikan nafsu sebagai Tuhan.
Inggris mewanti-wanti penduduknya pada 14 Februari setiap tahun sebagai “The National Impotence Day”. Amerika Serikat lebih ekstrim lagi dengan peringatan “The National Condom Week” pada 14-21 Februari setiap tahunnya.
Apa artinya? Jelas sekali bahwa di negara-negara Barat 14 Februari dijadikan ajang pestaseks. Ajang menjual kehormatan. Kondom terjual habis, kehormatan pun habis. Bagaimana dengan Negeri kita? Inginkah menyamakan diri dengan bangsa Barat sana?
Anak bangsa hancur, kaum kapitalis tertawa lebar. Sumber : Udah Putusin Aja, Felix Siauw
Entah konsensus dari mana, tapi cinta hanya disetarakan dengan kartu ucapan, sebatang cokelat, dan bunga mawar. Bahkan mirisnya lagi, Valentine Day ini sudah menjelma menjadiajang pelepasan kehormatan wanita secara massal. Wah, ini benar-benar parah. Kalau masih keukeuh merayakan Valentine, kuy lihat asal-usulnya dulu!
Zaman dahulu di bangsa Romawi yang menjadi dasar peradaban barat, mereka hidup dengansuatu adat yang menjadikan kepuasan fisik badaniah sebagai tujuan hidup mereka, yakni Money, Drink, and Sex. Bahkan selingkuh menyelingkuhi, dan hubungan badan dalam keluarga adalah hal yang lumrah.Jauh sebelum dunia mengenal hari kasih sayang, orang Romawi punya “Festival Lupercalia”, yakni rangkaian hari raya yang dipersembahkan kepada Lupercus sang dewa kesehatan dan kesuburan seksual, dan Juno Februa dewi pernikahan dan kesuburan. Perayaan ini digelar setiap tahun, yakni pada tanggal 13-15 Februari.
Proses perayaan ini dimulai dengan menaruh nama-nama gadis perawan di sebuah tempat dalam kertas-kertas yang terpisah, kemudian laki-laki mengambilnya satu persatu untuk mengambilnya secara acak. Siapa yang terpilih, itulah yang akan menjadi partner untuk melakukan hubungan
badan sepanjang malam itu.Begitulah “Festival Lupercalia” yang dipraktikkan selama berabad-abad pada masa Romawi. Hubungan badan yang dihalalkan dalam bentuk adat istiadat, yang bersesuaian dengan misi hidup mereka, yakni menjadikan nafsu sebagai Tuhan.
Inggris mewanti-wanti penduduknya pada 14 Februari setiap tahun sebagai “The National Impotence Day”. Amerika Serikat lebih ekstrim lagi dengan peringatan “The National Condom Week” pada 14-21 Februari setiap tahunnya.
Apa artinya? Jelas sekali bahwa di negara-negara Barat 14 Februari dijadikan ajang pestaseks. Ajang menjual kehormatan. Kondom terjual habis, kehormatan pun habis. Bagaimana dengan Negeri kita? Inginkah menyamakan diri dengan bangsa Barat sana?
Anak bangsa hancur, kaum kapitalis tertawa lebar. Sumber : Udah Putusin Aja, Felix Siauw