Kemenangan Jokowi tak bisa dilepaskan dari andilnya Metro TV. Jauh sebelum Jokowi mencalonkan diri jadi capres. Metro TV dengan gencarnya memberitakan setiap kegiatan Jokowi sebagai gubernur DKI Jakarta. Dukungan Metro TV kian aktif setelah bos Metro TV, Surya Paloh, melalui partai Nasdem turut serta mengusung Jokowi sebagai capres.
Metro TV memang bukan lagi menjadi berita yang netral karena dengan terbuka menjadikan media informasi bagi pendukung dan relawan Jokowi. Hal-hal apa saja yang menyangkut dengan Jokowi dijadikan referensi informasi yang bermanfaat buat pendukungnya meski harus menabrak kaidah dan etika jurnalisme. Selain itu Metro TV dengan semangat yang membabi buta menjadi media yang mampu menangkis serangan-serangan dari TV One, media pendukung Prabowo.
Baik Metro TV dan TV One sama-sama tidak netral pada pilpres kemarin. Mereka lebih layak sebagai televisi partisan. Padahal sebelumnya, kita mengacungkan jempol untuk kedua TV yang mengklaim berita karena berani mengobrak-abrik kasus-kasus besar, seperti Hambalang dan Century. Baik Hambalang maupun Century sudah menjatuhkan reputasi Partai Demokrat, sehingga perolehan suara Partai Demokrat jatuh tersungkur pada pileg 2014.
Setelah Jokowi menang pilpres 2004, Metro TV tetap ada di barisan terdepan memberitakan Jokowi, sehingga berita perang Gaza dan Informasi Mudik 2014 seperti hanya pelengkap, berbeda dengan TV One yang sudah balik kandang (Netral) kembali pada berita yang aktual tidak terlena dengan berita pilpres lagi, meskipun kalau mau, bisa saja TV One pun memberitakan kekalahan Prabowo secara terus-menerus dengan segala konflik permasalahannya. Tapi inilah yang tidak dilakukan TV One. Itulah sebabnya kenapa TV One memang beda.
Pertanyaan yang paling mendasar ditujukan pada Metro TV adalah sampai kapan Metro TV bertahan sebagai media informasi Jokowi. Apakah nantinya Metro TV akan kembali netral atau tetap jadi media berita partisipan, sementara pendukung dan relawan Jokowi mulai perlahan berani mengkritik Jokowi. Jokowi adalah manusia biasa tentu tak luput dari segala kesalahan. Syukur-syukur berita Jokowi tidak ada yang buruk, Metro TV tak perlu kehilangan muka. Tetapi jika ada berita buruk tentang Jokowi, misalnya pengunkapan kembali kasus Trans-Jakarta, hingga akhirnya diputuskan menjadi tersangka. Apakah berani Metro TV memberitakan atau berusaha menutup-nutupi beritanya dengan cara mengalihkan pada berita lain.
Jika kejadian berita keburukan Jokowi ditutupi, sementara publik melalui TV One tahu sendiri. Ini akan menjadi pukulan yang berat untuk Metro TV. Publik akan menghukum dan membullynya bahwa Metro TV bukan lagi sebagai TV berita, tetapi dianggap sebagai sarana pembohongan berita. Akhirnya Metro TV menjadi Metro Mini. Wassalam.