By
Hsaid Benmar
Calon presiden nomor urut 1, Prabowo Subianto menyatakan pernyataan sikap politiknya terhadap proses rekapitulasi suara di Komisi Pemilihan Umum (KPU) pusat dalam penetapan hasil pemilihan presiden, Selasa (22/7) di rumah Polonia, Jakarta.
Berikut pernyataan sikap Prabowo Subianto dari rumah Polonia Jakarta:
PERNYATAAN PRABOWO SUBIANTO
22 JULI 2014
Kalau sekedar mencari hidup enak, saya tidak perlu berjuang di bidang politik.
Demokrasi artinya rakyat berkuasa. Wujud dari demokrasi adalah pemilihan, dan esensi pemilihan adalah pemilihan yang jujur, yang bersih dan yang adil.
Kalu ada yang mencoblos puluhan, ratusan surat suara itu tidak demokratis. Dari Papua saja ada 14 kabupaten yang tidak pernah mencoblos tetapi ada hasil pemilu. Ada 5.000 lebih TPS di DKI yang direkomendasikan PSU tetapi tidak digubris oleh KPU.
Oleh karena itu, kami Prabowo-Hatta mengambil sikap sebagai berikut:
1. Proses penyelenggaraan pilpres yang diselenggarakan oleh KPU bermasalah. Sebagai pelaksana, KPU tidak adil dan tidak terbuka. Banyak peraturan main yang dibuat justru dilanggar sendiri oleh KPU.
2. Rekomendasi Bawaslu banyak diabaikan oleh KPU.
3. Ditemukannya banyak tindak pidana Pemilu yang dilakukan oleh penyelenggara dan pihak asing.
4. KPU selalu mengalihkan masalah ke MK, seolah-olah setiap keberatan harus diselesaikan di MK padahal sumber masalahnya di KPU.
5. Telah terjadi kecurangan masif dan sistematis untuk mempengaruhi hasil pemilu presiden.
Oleh karena itu, saya Prabowo-Hatta akan menggunakan hak konstitusional kami menolak pelaksanaan Pilpres 2014 yang cacat hukum. Oleh karena itu kami menarik diri dari proses yang sedang berlangsung.
Kami tidak bersedia mengorbankan mandat yang telah diberikan oleh rakyat dipermainkan dan diselewengkan. Kami siap menang dan siap kalah dengan cara yang demokratis dan terhormat.
Bagi setiap rakyat Indonesia yang telah memilih kami, kami minta untuk tetap tenang. Yakinlah kami tidak akan membiarkan hak demokrasi diciderai.
Saya menginstruksikan kepada saksi-saksi yang sedang mengikuti proses rekapitulasi di KPU untuk tidak melanjutkan.
Kami menambahkan, bahwa kami tetap minta semua pendukung kami untuk selalu dan tetap tenang. Kami akan berjuang di atas landasan konstitusi, di atas landasan hukum, di atas landasan tidak menggunakan kekerasan apapun.
H. Prabowo Subianto
-----------------------------------------
Situasi seperti ini pernah terjadi seingat saya saat George Bush Jr (George W. Bush) versus Al Gore.
Akhirnya ditetapkan Supreme Court. Dan Bush Jr. dimenangkan.
Namun tetap berbau kecurangan.
Karena kaum pemilih Al Gore yang Demokrat banyak dianulir di negara bagian Texas asal Bush cs. Dan lain-lain cara.
Alasannya karena banyak yg mantan napi dll. Juga karenanya tak boleh memilih tak dapat ballot/kartu pemilih (padahal banyak yang sudah pulih haknya). Dan lain-lain cara termasuk cara cracking sistem jaringan komputer, sistem informasi dan komunikasi (ICT alias Information & Communication Technology).
Kita tahu kaum Demokrat USA memang orang2 liberal, GLBT, eks Napi, Atheis, hura2 ... kurang educated
Sedangkan Republikan, kaum Kristen fanatik dan educated dll.
Tapi Al Gore saat itu adalah calon yang lebih bermartabat daripada Bush Jr.
Bahkan hingga kini populer sebagai pejuang lingkungan hidup. Khususnya mengenai Global Warming.
Dan Al Gore dikalahkan.
Akhirnya Bush Jr sebagai POTUS (President Of The United States) membawa USA ke War On Terror setelah konon 'WTC Building diserang'.
Menyerang Iraq. Dengan dalih adanya Senjata Pemusnah Massal yang ternyata tak pernah ditemukan. Namun jelas Iraq bercadangan minyak besar sekali.
Dan Saddam yg Sunni tumbang, Iraq dikuasai Syi'ah.
Dan situasi dunia, khususnya Timur Tengah, semakin panas.
...
Kini RI di-DEMOKRASI-kan.
Dan saya agak malu.
Karena salah-satu tokoh pejuangnya di masa Reformasi, adalah pengacara terkenal tokoh nasional eks LBH suami tante kandung saya.
Setahu saya, cara yang sama dipakai SBY dulu. Wallohua'lam.
Termasuk adanya aneka suara fiktif, orang2 yg berhak memilih namun dianulir/tak diberikan Ballot/kartu tanda pemilih terutama di kandang lawan Bush the POTUS dan SBY dan Jokowi The Joker, PENCITRAAN luar biasa, kasus2 korupsi yang dipeti eskan.
Padahal sistem pemilihan Presiden kita dulu sudah lumayan islami yakni "hikmah kebijaksanaan dalam pemusyawaratan perwakilan" menurut Pancasila alias bahwa Presiden RI itu dipilih perwakilan rakyat di MPR dan DPR, kira-kira seperti dulu cara Kholifah dipilih oleh Dewan Syura'.
Bukan pemilihan LANGSUNG hingga 1 rakyat awwam yang tak tahu politik, suaranya dihitung sama dengan 1 'Ulama/Ketua MUI, misalnya.
Dan the Joker Jokowi kini kiranya menempuh cara yang lebih-kurang sama?
Hingga terjadilah laporan dari kawan, bahwa di Sidoarjo, majelis ta'lim ibu2 sederhana memilih Jokowi karena:
"Sakno", jawabnya.
Alias karena:
"Kasihan"
?
Kalau dulu, saya ingat ada liputan TV yang bertanya kepada anak perempuan berseragam SMU yang baru hendak pertama kali memilih.
Jawabnya, ia hendak memilih SBY.
Teman sesama siswa SMU di sebelahnya heran, dan bertanya mengapa mau memilih SBY?
Jawabnya:
"Karena pak SBY badannya kan besar ... Jadi kayanya bisa melindungi kita gituuuu ... ?
Inilah bahayanya PENCITRAAN dan DEMOKRASI.
Dan mengabaikan SYARI'AH TUHAN.
SYARI'AH ALLAH.
Namun semasa Syari'ah belum terwujud sempurna, hukumnya adalah darurat dan perlu ikut dalam Pemilu, APALAGI di 2014 ini saat ada koalisi yang jelas jahat dan memusuhi kebenaran dan kebaikan Islam, agama para nabi, 124.000 nabi, dalam agama Tauhid, Monoteisme, Ketuhanan Yang Maha Esa ini, sejak awal jaman.
Maka belum pernah dalam sejarah kemerdekaan RI, para 'ulama dan aktivis begitu intens terlibat dalam Pilpres.
Dan inilah yang juga dicurangi, kiranya.
- Abu Taqi Mayestino -
- Get link
- Other Apps