Tahun 2007, silam. Di kompleks perumahan -yang saya huni- di kawasan Sudiang Raya, Makassar. Rentang 5 (lima) rumah dari tempat tinggalku, sebuah rumah mewah, dihuni oleh pilot dan awak cabin Adam Air. Sekelompok orang melempari rumah mewah ini, disinyalir bahwa pengamuk itu adalah keluarga korban jatuhnya pesawat Adam Air berjenis Boeing 737. Papan reklamepun jadi sasaran batu, padahal rumah itu telah dikosongkan sejak dihangatberitakan Adam Air, kecelakaan dan menghilang di jalur lalu lintas penerbangan (Air Traffic Controller-Makassar) dalam rute Surabaya-Manado.
Kini, kecelakaan itu terulang, Boeing 777-200, milik maskapai penerbangan Malaysia (MAS), dinyatakan hilang per 8 Maret 2014 dalam jalur penerbangan Kuala Lumpur-Beijing. Plural janggal, aneh-aneh dan sulit dipahami jika pesawat secanggih berbadan super lebar Boeing 777, lenyap tanpa jejak. Raib fungsional teknologi, sensor, pemberi aba-aba sebelum kecelakaan. Bahkan, tiada satu pun institusi bidang perhubungan, merasa tak terhubungkan dan diberi informasi akurat dari bilik informasi pesawat na’as itu.
Aneh memang! Bahkan di sebuah situs, pilot senior, Capt.Ari Sapari berujar: “Ini kecelakaan aneh, rute Kuala Lumpur-Beijing adalah rute normal, tidak berat. Tak ada masalah sama sekali”. Begitu tutur Capt.Ari Sapari di portal Tempo soal keanehan kecelekaan aneh itu, berpenumpang 227, dan 12 awak,
Kemiripan kisah tragis kedua burung besi, dua negara. Yakni pada cara orang berspekulasi. Hingga di kampus pun -tadi pagi- jadi ladang kira-kira, zona asumsi-asumsi, dan lumbung hipotesa. Malahpun sampai ke soal supra natural, hal ghaib. Persis, spekulasi jatuhnya Adam Air, Januari 2007, dihubung-hubungkan dengan angkernya Selat Majene, Sulawesi Barat.
***
Sebulan pencarian korban dan bangkai pesawat -bahkan AS, Kanada, Singapura terlibat dalam upaya penemuan Adam air- tak jua temukan hasil, hingga pemerintah ‘putus asa’, yang akhirnya pencarian sia-sia dihentikan. Adalah Jusuf Kalla di usaha terakhirnya, mengumumkan sayembara: “Yang menemukan bangkai Adam Air, akan mendapat uang 50.000.000″. Jusuf Kalla malu saat itu, karena Indonesia langganan kecelakaan pesawat. Terlebih accident Adam Air terjadi di daerahnya; Sulawesi. Dan, La Bakri, seorang nelayan di Mallusetasi, Kabupaten Barru. Dialah yang menemukan ekor pesawat Adam Air. Lenyaplah semua spekulasi, dan Bakri meluluhlantakkansuper sophisticated-nya perangkat tekonologi yang selaksa mentereng itu. Bisa jadi bangkai pesawat milik negara tetangga itu, pun akan ditemukan oleh wong ndeso, di lautan maha luas sana. Dan relakan semua melakukan industri spekulatif atas jatuhnya pesawat besar itu, hingga membincang soal kekuatan supra-natural. Hanya itulah yang mampu kita lakukan saat-saat ini, sebagai ‘kompensasi’ atas kebingungan sebagai manusia: makhluk Tuhan.
Bahwa pembuatan pesawat Boeing Seri Berapapun, tiada kuasa manusia untuk menggaransi keselamatannya. keabadiannya dan hidup matinya. Bahkanpun, manusia boleh berbangga-bangga akan suatu maha karya. Ia tetap limited, terbatas dan lemah di hadapan Pencipta. MH 370 telah raib, dan penulis turut berduka cita, baik secara pribadi maupun secara warga serumpun, Indonesia. Dan penulis haturkan duka cita jika saja manusia masihlah merasa angkuh di depan Tuhannya, sebab sampai bumi bermilyar-milyar tahun, manusia takkan pernah menyamai Tuhannya.
Sebab, sampai detik ini, manusia sukses menirukan ciptaan Tuhan, semisal gigi palsu. Manusia telah gagal total menciptakan gigi asli, walau sebiji saja, menirukan rambut palsu dan gagal menciptakan selembar pori-pori asli, walau sehelai saja di tubuh manusia. Dan, begitu itulah bernama manusia, sebab ia juga diciptakan