Nikmat tidaknya orgasme biasanya bergantung pada rileks tidaknya aktivitas bercinta yang dilakukan pasangan itu sendiri. Tapi ternyata kondisi ini juga dipengaruhi oleh faktor khusus seperti besar kecilnya dosis pil kontrasepsi yang dikonsumsi.
Hal ini dikemukakan sebuah studi baru dari AS. Studi ini menyatakan bahwa wanita yang mengonsumsi pil kontrasepsi yang mengandung estrogen dengan dosis rendah berisiko tinggi mengalami nyeri pinggul kronis dan nyeri saat orgasme, dibandingkan wanita yang mengonsumsi pil dosis standar atau wanita yang tidak mengonsumsi apapun.
Untuk memastikan potensi kaitan diantara keduanya, peneliti Dr. Nirit Rosenblum yang juga asisten profesor urologi dari NYU Langone Medical Center di New York City ini membandingkan gejala nyeri yang dialami wanita yang mengonsumsi pil pengendali kelahiran berdosis rendah dengan wanita yang tidak mengonsumsi pil apapun dan wanita yang mengonsumsi pil kontrasepsi dengan dosis standar.
Dalam studi ini, Rosenblum mendefinisikan pil pengendali kelahiran dosis rendah mengandung estrogen sintetis kurang dari 20 microgram (mcg). Sedangkan pil yang mengandung estrogen sintetis sebesar 20 mcg atau lebih dikatakan mempunyai dosis normal atau 'standar'.
"Sebenarnya ketika produksi estrogen alami menurun saat menopause, wanita dapat mulai merasakan adanya nyeri pinggul dan efek dari pil kontrasepsi berdosis rendah itu hampir sama dengan efek penurunan produksi estrogen alami tersebut," kata Rosenblaum yang juga spesialis kedokteran dan bedah rekonstruksi pinggul wanita ini seperti dilansir WebMD, Selasa (7/5/2013).
Fakta itu pun telah dibuktikan Rosenblaum dengan mengevaluasi respons survei online dari 932 wanita berusia 18-39 tahun. Partisipan yang kebetulan mempunyai riwayat nyeri pinggul, endometriosis yang menyakitkan atau partisipan hamil dikesampingkan terlebih dulu dari studi ini.
Kemudian setiap partisipan melaporkan apakah mereka menggunakan pil kontrasepsi atau tidak dan berapa dosis yang mereka gunakan. Hasilnya, dari 327 wanita yang mengonsumsi pil pengendali kelahiran, sekitar separuh partisipan menggunakan pil dosis rendah, sedangkan 605 wanita lainnya tidak mengonsumsi apapun.
Setelah menjawab sejumlah pertanyaan seputar rasa nyeri yang dialaminya, 27 persen partisipan yang mengonsumsi pil dosis rendah mengaku mengalami gejala nyeri pinggul atau nyeri pinggul kronis dibandingkan dengan 17,5 persen partisipan yang tidak mengonsumsi apapun namun mengalami nyeri pinggul.
Rosenblaum menemukan bahwa partisipan yang mengonsumsi pil dengan dosis normal justru tidak terlalu sering mengalami nyeri pinggul dibandingkan partisipan yang tidak mengonsumsi apapun.
Selain itu, pengguna pil dosis rendah juga dua kali lebih sering dilaporkan mengalami nyeri selama atau setelah orgasme (25 persen) daripada bukan pengguna (12 persen). Tapi pengguna pil dosis tinggi dilaporkan tak mengalami perbedaan nyeri saat mencapai klimaks dibandingkan mereka yang tidak menggunakan pil pengendali kelahiran.
Untuk itu, Rosenblaum menyarankan agar wanita yang mengonsumsi pil dosis rendah dan mengalami nyeri disarankan berkonsultasi dengan dokternya, mungkin untuk mengganti kontrasepsi yang digunakannya selama ini atau sekedar menaikkan dosisnya.
Namun Rosenblaum juga memperingatkan jika pil kontrasepsi berdosis tinggi juga dikaitkan dengan faktor risiko lain seperti penggumpalan darah dan stroke sehingga para wanita perlu mendiskusikan pro-kontranya terlebih dulu dengan dokter mereka.