Kriminolog dari Universitas Padjadjaran, Bandung, Yesmil Anwar, menilai aksi gembong geng motor di Pekanbaru, Riau, Mardijo alias Klewang (57), yang memerkosa anak buah perempuannya di hadapan orang lain, sama saja dengan perilaku masyarakat zaman jahiliyah.
Aksi Klewang itu, kata Yesmil, juga untuk menunjukkan kekuasaan dan kekuatannya di hadapan para panglima yang juga anak buahnya.
Menurut Yesmil, orang yang paling kuat di geng motor tersebut bisa melakukan apa saja yang diinginkannya. Dalam hal ini para perempuan yang ingin bergabung dengan geng motor tersebut harus rela disetubuhi.
Sementara itu, pihak XTC (Exal to Creativity) kembali menegaskan bahwa Klewang bukan anggotanya.
Ketua Dewan Pembina XTC Pusat, Dadan Beb, menjelaskan, Klewang hanya mencatut nama organisasinya untuk melakukan kejahatan.
Dadan sendiri mengaku tidak mengenal Klewang dan anaknya, Bambang, yang disebut-sebut sebagai pentolan XTC di Pekanbaru.
Dia berharap polisi segera mengungkap kasus ini. Bila terbukti bersalah, Klewang harus dihukum sesuai peraturan.
XTC dibentuk di Kota Bandung pada 1982 sebagai wadah masyarakat yang memiliki hobi automotif. Dalam perkembangannya, XTC bergabung sebagai anggota Ikatan Motor Indonesia (IMI) Jawa Barat. Kini, klub tersebut juga menjadi organisasi masyarakat (Ormas)