Ditetapkannya LHI sebagai tersangka korupsi kasus impor sapi sangat mengejutkan. Ini menarik mengingat kejadian LHI saat ini merupakan rangkaian tak terpisahkan dari kejadian-kejadian sebelumnya, bukan suatu yang ujug-ujug. Ada proses evolusi dan revolusi yang berlangsung secara gradual dan berkelanjutan yang kemudian merubah PKS seperti saat ini.
Saat awal-awal nasuk parlemen, kade PKS yang kebanyakan dari aktivis kampus sempat gamang. Kegamangan muncul akibat berbenturannya antara tataran idealism dengan tataran pragmatism politik. Realitas politik dengan idealitas politik sangat berbeda. Bagi orang yang baru mengenalnya bisa mengakibatkan split personality.
Ada istilah imanuhum fi proyekihim. Contohnya adalah pengalaman seorang kader PKS di bawah ini ketika ia mulai bergumul dengan proyek-proyek di pemerintah.
saya sudah lama mengikuti “watch” ini tapi baru berkomentar sekarang krn pas buat saya (mengalami sendiri bukan katanya2)ada pameo ketika mau tanya tentang proyek dikatakan “tanya nya ama ustad siyasi, jangan ama ustad syariah”hehehe…
masih lekat ingatan saya ketika awal2 bagi2 jatah proyek di dprd, kita (maaf mksdnya kami)belingsatan ga karuan..bingung stengah mati,wuaduh gimana ini sdh ditanya2 terus mau ambil proyek yg mana tapi blm tau boleh ga seh kita maen proyek..ditengah kebingungan itu datanglah “fatwa”,ambil aja akhi,kalo ga kita ambil,mereka akan kerjakan dg kualitas sgt buruk,msh mending diambil kita kerjaannya sesuai ama speknya begitulah kira2 argumen nya.
beberapa tahun kemudian…sering saya tersenyum geli mengingat masa-masa bingung itu,subhanallah sekarang kita kebingungan mau dikasih siapa ini proyek,yg ngantri kebanyakan, dan gaya kita pun makin mirip dengan kontraktor yg dulu kita pandang sinismakin miris hati saya ketika seorang ketua DPW memutuskan untuk berhenti daripada sering berselisih paham dg wilda,bagaimana tidak, aleg kita yang nyata2 mau di PAW karena jelas2 menerima uang yg bukan haknya, setelah proses dilaksanakan dan tinggal ketuk palu,datanglah suara ghaib (ga keliatan orgnya mksdnya..hehehe)”jgn akh, antum ga bisa begitu saja mem-PAW aleg kita”…harapan pencerahan yg sdh sya rasakan tiba-tiba sirna (”harapan itu msh ada…semoga bukan tinggal harapan”)apakah krn aleg tersebut lancar setoran zakatnya?wallahualam yg nyata2 ana saksikan sendiri dan menangis rasanya hati ini ketika dua aleg pusat kita datang ke daerah tsb dan salah satunya adalah ustad kabir di Panggar meminta “jatah” hanya karena ingin pergi ke singapur dg dalih sdh memperjuangkan daerah ini di pusat
Allahu Akbar…
Maaf ya klo terlalu bersemangat,semoga ustad tadi dan saya dibukakan pintu hatinya untuk dpt melihat kebenaran dan kebathilan serta memilih yg haq.
Maaf ya klo terlalu bersemangat,semoga ustad tadi dan saya dibukakan pintu hatinya untuk dpt melihat kebenaran dan kebathilan serta memilih yg haq.
Pergumulannya nampak sangat jelas, dan ini bukan pengalaman satu-dua orang. Beberapa pentolan PKS yang gerah dengan hal ini bahkan lebih memilih untuk hengkang dari partai, seperti halnya Yusup Supendi, Mashadi, Saeful Islam M, dll.
PKS memang bukan partai malaikat, ya wajar jika ada beberapa oknum kadernya yang bermasalah. Tapi, ketika partai kader ini mengusung semangat dakwah dan membawa-bawa nama agama Islam, ketika ada masalah dengan partai ini bukan hanya PKS saja yang disorot masyarakat, tetapi dakwah dan Islam juga.
Kasus korupsi impor sapi yang menjerat mantan Presiden PKS LHI seharusnya menjadi pembelajaran mengenai pentingnya pelepasan embel-embel ideologi agama dari partai politik. Sebab, adalah sebuah ironi yang mencoreng wajah agama itu sendiri saat si anggota partai berbasis agama itu malah melanggar hukum.
Saya sangat setuju pendapat Ketua PBNU bahwa agama harus dijauhkan dari aktivitas partai politik. “Makanya saya tidak setuju kalau Islam dijadikan komoditas politik, begini ini nantinya. Partai Islam melanggar hukum, misalnya korupsi, Islam jadi kebawa-bawa,” kata Ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj.
Said Aqil menegaskan bahwa agama tidak bisa dijadikan partai politik. “Tidak usah mempolitisir agamalah,” ujar Said Aqil.
***