Tumbuhan tak Berpembuluh (Nonvaskuler)- Tumbuhan dapat kita jumpai hampir di seluruh penjuru bumi; di hutan, pegunungan, dan dataran rendah. Hampir semua tumbuhan yang menjadi anggota kingdom Plantae hidup di daratan walaupun beberapa tumbuhan hidup di air, misalnya teratai. Kingdom plantae meliputi semua tumbuhan bersel banyak, mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Sel-selnya bersifat eukariotik, dinding selnya mengandungselulosa, memiliki klorofil, dan hidup secara autotrof. Keanekaragamannya sangat tinggi sehingga tidak mudah untuk mengklasifikasikannya. Para ahli membagi dunia tumbuhan menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan tak berpembuluh (nonvaskuler) dan tumbuhan berpembuluh(vaskuler). Dalam tulisan ini akan dibahas tumbuhan nonvaskuler.
Pembuluh adalah jaringan yang terdiri atas sel-sel yang dihubungkan satu sama lain, membentuk pembuluh yang mengangkut air dan zat-zat hara di seluruh tubuh tumbuhan. Tumbuhan tidak berpembuluh merupakan tumbuhan yang tidak memiliki pembuluh sehingga tidak memiliki jaringan yang berfungsi mengangkut zat makanan, air, dan mineral. Pengangkutan tidak dilakukan oleh pembuluh, hanya melalui antarsel.
Kelompok tumbuhan yang tidak memiliki pembuluh tersebut, dikelompokkan ke dalam tumbuhan tak berpembuluh (nonvaskuler). Pernahkah kamu melihat tumbuhan lumut? Sebagian besar tumbuhan lumut (Bryophyta) tidak memiliki jaringan pembuluh. Oleh karena itu lumut termasuk kelompok tumbuhan tak berpembuluh (nonvaskuler). Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan peralihan dari air ke daratan. Pada waktu berkembang biak, lumut masih memerlukan air, sperma memiliki flagela dan harus berenang dari anteridium ke arkegonium untuk membuahi sel telur. Pada beberapa spesies lumut, setetes air hujan atau embun sudah cukup untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Dengan demikian, beberapa spesies lumut dapat hidup di gurun. Sebagian besar lumut tidak memiliki pembuluh (ada lumut tertentu yang memiliki sel pengangkut air yang memanjang), maka ketika air mengalir pada permukaan hamparan lumut, air akan meresap dan menyerap ke seluruh tubuh tumbuhan melalui proses difusi yang relatif lambat. Oleh karena itu, habitat yang umum untuk lumut adalah yang teduh dan lembap. Lumut dapat merentang secara horizontal sebagai hamparan di atas permukaan yang luas, tetapi tingginya hanya 1-2 cm, paling tinggi umumnya kurang dari 20 cm. Dalam siklus hidupnya lumut mengalami pergiliran keturunan (generasi) haploid dan diploid. Untuk jelasnya pelajari siklus hidup lumut daun pada Gambar 7.1
Tubuh lumut yang umum kita lihat di permukaan tanah merupakan gametofit (n), yaitu badan penghasil gamet (1). Gametofit jantan dan betina terpisah, masing-masing menghasilkan anteridium dan arkegonium. Fertilisasi terjadi di dalam arkegonium (2), terbentuk zigot (2n), terjadi mitosis (3), tumbuh menjadi embrio (2n), sporofit muda (2n) dalam arkegonium (4), dan sporofit dewasa (2n) tumbuh pada ujung gametofit betina (5). Sporofit adalah badan penghasil spora. Meiosis terjadi di dalam sporangium dan spora haploid berkembang. Spora akan berkecambah melalui pembelahan mitosis, membentuk protonema (6). Protonema (n) tumbuh dan berdiferensiasi membentuk gametofit dewasa (n). Berdasarkan Gambar 7.1, dapat dibuat skema daur hidup lumut seperti tampak pada Gambar 7.2.
Berdasarkan skema daur hidup lumut, jelas tampak bahwa adanya fase sporofit didahului fase gametofit atau sebaliknya. Kedua fase itu terjadi secara bergantian. Peristiwa semacam itu disebut pergantian keturunan (generasi) atau metagenesis. Pada tumbuhan lumut, manakah generasi yang dominan, gametofit atau sporofit? Generasi mana yang hidupnya lebih pendek? Tumbuhan lumut banyak sekali jenisnya, para ahli membagi lumut menjadi tiga kelompok, yaitu lumut daun, lumut hati, dan lumut tanduk.