MATA PELAJARAN IPA
- A. Nilai-nilai Karakter untuk Mata Pelajaran IPA
- 1. Pengertian IPA
Sains atau IPA mempelajari permasalahan yang berkait dengan fenomena alam dan berbagai permasalahan dalam kehidupan masyarakat. Fenomena alam dalam IPA dapat ditinjau dari objek, persoalan, tema, dan tempat kejadiannya. Dalam buku UNESCO Handbook for Science Teacher (Unesco, dalam Karso, 1994) dikatakaan bahwa IPA adalah suatu kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenarannya, menjelaskan tentang pola-pola dan keteraturan maupun gejala alam yang telah diamati secara seksama.
Metode pembelajaran IPA menurut Bernal (1969) merupakan kegiatan mental maupun fisik, termasuk di dalamnya adalah observasi, eksperimentasi, klasifikasi, pengukuran dan juga melibatkan teori-teori hipotesis serta hukum-hukum, lebih spesifik disampaikan bahwa IPA dapat dilihat sebagai suatu metode. Metode IPA ini merupakan suatu perangkat aturan-aturan untuk memecahkan masalah, untuk mendapatkan atau mengetahui penyebab dari suatu kejadian dan untuk mendapatkan hukum-hukum ataupun teori dari objek yang diamati. Metode ilmiah merupakan suatu logika yang umum digunakan untuk menilai suatu masalah. Metode ilmiah memiliki perangkat norma-norma yang dibakukan sehingga kesimpulan yang didapatkan masuk akal dan dapat dipercaya.
Muslimin Ibrahim, dkk (2004) menjelaskan bahwa metode ilmiah adalah suatu cara dalam memperoleh pengetahuan, yaitu suatu rangkaian prosedur tertentu harus diikuti untuk mendapatkan jawaban tertentu dari pernyataan tertentu pula dengan langkah: (1) Kesadaran dan perumusan masalah; (2) Pengamatan dan pengumpulan data; (3) Penyusunan dan klasifikasi data; (4) Perumusan hipotesis; (5) Deduksi dan hipotesis; (6) Tes dan pengujiaan kebenaran (verifikasi) dari hipotesis.
Pembelajaran IPA memerlukan kegiatan penyelidikan, baik melalui observasi maupun eksperimen, sebagai bagian dari kerja ilmiah yang melibatkan keterampilan proses yang dilandasi sikap ilmiah. Selain itu, pembelajaran IPA mengembangkan rasa ingin tahu melalui penemuan berdasarkan pengalaman langsung yang dilakukan melalui kerja ilmiah. Melalui kerja ilmiah, peserta didik dilatih untuk memanfaatkan fakta, membangun konsep, prinsip, teori sebagai dasar untuk berpikir kreatif, kritis, analitis, dan divergen. Pembelajaran IPA diharapkan dapat membentuk sikap peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka akhirnya menyadari keindahan, keteraturan alam, dan meningkatkan keyakinannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Proses memecahkan masalah dalam IPA menggunakan metode-metode yang dikenal dengan nama metode ilmiah dengan alur kegiatan sebagai berikut:
Pada saat menggunakan metode ilmiah, kita mengikuti suatu proses untuk memecahkan masalah suatu masalah dalam IPA. Diagram di bawah ini adalah proses yang dimaksud. (Terlampir di file)
- 2. Nilai-nilai IPA
- a. Nilai-nilai sosial dari IPA
IPA baik sebagai suatu kumpulan pengetahuan ilmiah maupun sebagai suatu proses untuk mendapatkan ilmu itu sendiri, mempunyai nilai-nilai etik dan estetika yang tinggi. Nilai-nilai itu terletak pada sistem yang menetapkan “kebenaran yang objektif” pada tempat yang paling utama. Proses IPA itu sendiri dapat dianggap sebagai suatu latihan untuk mencari, meresapkan, dan menghayati nilai-nilai luhur itu.
Selain itu dalam kalangan ilmuwan terdapat hubungan “saling percaya“, mereka mempunyai kebebasan dengan caranya sendiri merumuskan hukum-hukum yang mereka temukan dengan metode yang mereka gunakan. Temuan pada masa lalu yang kurang sempurna merupakan jembatan untuk temuan yang lebih sempurna.
- b. Nilai-nilai Psikologis/Pedagogis dari IPA
Nilai Psikologis/Pedagogis
|
Definisi
|
Sikap Mencintai Kebenaran | IPA selalu mendambakan kebenaran yaitu kesesuaian pikiran dan kenyataan, yaitu selalu terlibat dalam proses yang dapat mendorong untuk berlaku jujur dan objektifdalam segala aktivitasnya. |
Sikap Tidak Purbasangka | IPA membimbing kita untuk tidak berfikir secara prasangka. Kita boleh saja mengadakan dugaan yang masuk akal (hipotesis) asal dugaan itu diuji kebenarannya sesuai kenyataan atau tidak, baru menetapkan kesimpulan. |
Menyadari Kebenaran Ilmu Tidak Mutlak | Atas kesadarannya bahwa kesimpulan yang didapat hanya berlaku sementara(tidak mutlak) atau menyadari bahwa pengetahuan yang di dapat itu baru sebagian yang bisa dicapai, maka hal ini akan menjadikan orang itu “bersikap rendah hati dan tidak sombong“. |
Keyakinan Bahwa Tatanan Alam Tidak Teratur | Mempelajari tentang hubungan antar gejala alam dan menemukan adanya kaidah-kaidah atau hukum-hukum alam yang ternyata begitu konsisten aturan-aturannya maka orang akan menyadari bahwa alam semesta itu telah ditata dengan sangat teratur. Hal ini dapat memberikan pengaruh positif untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. |
Bersifat Toleran Terhadap Orang Lain | Menyadari bahwa pengetahuan yang ia miliki bersifat tidak mutlak sempurna maka ia dapat menghargai pendapat orang lain yang ternyata lebih mengetahuinya atau lebih sempurna untuk memperbaiki, melengkapi maupun untuk meningkatkan pengetahuannya. Ia juga tidak bersikap memaksakan pendapatnya untuk diterima orang lain. |
Bersikap Ulet | Aktivitas mencari kebenaran dalam IPA akan menciptakan sikap tidak putus asa dan selalu berusaha untuk mencari kebenaran itu walaupun seringkali tidak memperoleh apa-apa. |
Sikap Teliti dan Hati-hati | Metode ilmiah yang dilaksanakan dengan benar akan mendorong seseorang memiliki sifat-sifat yang baik yaitu teliti dalam melakukan sesuatu serta hati-hati dalam mengambil kesimpulan ataupun dalam mengeluarkan pendapatnya. |
Sikap Ingin Tahu (Corious) | Rasa ingin tahu merupakan titik tolak atau titik awal dari pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Sikap ini mendorong manusia untukmencari tahu lebih banyak. Ilmu pengetahuan yang mereka peroleh tentunya bermanfaat bagi dirinya ataupun orang lain. |
Nilai Psikologis/Pedagogis
|
Definisi
|
Sikap Optimis | Ilmuwan IPA selalu optimis, karena mereka sudah terbiasa dengan suatu eksperimentasi yang tak selalu menghasilkan sesuatu yang mereka harapkan, namun bila berhasil, temuannya itu akan memberikan imbalan kebahagiaan yang tak ternilai dengan uang. Oleh karena itu ilmuwan IPA berpendirian bahwa segala sesuatu tidaklah ada yang tak mungkin dikerjakan. Sesuatu permasalahan yang muncul dihadapinya dengan ungkapan kata-kata “akan saya pikirkan”, “mari kita coba” atau “berilah saya kesempatan”, yaitu ungkapan kata-kata dari seorang yang optimis. |
Berdasarkan karakteristik IPA tersebut maka potensi untuk diintegrasikan dengan nilai karakter seperti yang telah dijelaskan dalam Bab I adalah sebagai berikut.
1) Karakter Pokok
Nilai karakter utama pada matapelajaran IPA dapat dikemukakan, dideskripsikan, dan dirumuskan indikatornya seperti berikut.
Nomor |
Nilai/Karakter
|
Indikator
|
Kereligiusan |
| |
Kejujuran |
| |
Kecerdasan |
| |
Ketangguhan |
| |
Demokratis |
| |
Kepedulian |
|
2) Karakter utama IPA
Sejalan dengan rumusan karakter yang dikembangkan pada jenjang SMP dan karakteristik IPA, maka dalam mata pelajaran IPA secara spesifik peserta didik akan dididik dan dilatih untuk mengembangkan karakter sebagai berikut.
Nomor |
Nilai/Karakter
|
Indikator
|
Keingintahuan |
| |
Berpikir logis |
| |
Berpikir kritis, kreatif, dan inovatif |
| |
Gaya hidup sehat |
| |
Percaya diri |
| |
Menghargai keberagaman |
| |
Kedisiplinan |
| |
Kemandirian |
| |
Tanggung jawab |
| |
Cinta ilmu |
| |
Ketelitian dan kecermatan |
| |
Kesantunan |
|
- Kegiatan Pembelajaran yang Mengembangkan Karakter pada Pembelajaran IPA
prinsip-prinsip Contextual Teaching and Learning seperti yang telah dijabarkan pada Bab I, disarankan diaplikasikan pada semua tahapan pembelajaran karena prinsip-prinsip pembelajaran tersebut sekaligus dapat memfasilitasi terinternalisasinya nilai-nilai. Selain itu, perilaku guru sepanjang proses pembelajaran harus merupakan model pelaksanaan nilai-nilai bagi peserta didik.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan “apa yang akan dipelajari” ke “bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa”. Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksplorasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan, dan sumber lain.
Ada beberapa model pembelajaran yang telah dikembangkan sebagai aplikasi dari Contextual Teaching and Learning dalam melaksanakan pembelajaran IPA model-model tersebut adalah : Direct instruction(pengajaran langsung) dan cooperative learning (pembelajaran kooperatif) keduanya dapat digunakan untuk memperkaya pelaksanaan pembelajaran mengintegrasikan pendidikan karakter.
Aktivitas atau metode pembelajaran juga model pembelajaran yang dominan dan biasa dipergunakan pada matapelajaran IPA adalah:
MODEL
|
METODE
|
Potensi Nilai Karakter yang Mungkin
|
Direct Instruction | Pengamatan (Mengajukan pertanyaan, mendata, mengklasifikasi, menganalisis data, dan menyimpulkan) | Kereligiusan, kejujuran, berpikir logis, Berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, demokratis, tanggung jawab, menghargai keberagaman Ketelitian dan kecermatan, kesantunan, gaya hidup sehat, percaya diri, kedisiplinan. |
Berikut contoh aplikasi penggunaan model, metode, integrasi nilai karakter dalam pembelajaran Direct Instruction:
Fase-fase
|
Aktivitas yang difasilitasi oleh Guru
|
Fase 1Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa | Menjelaskan TPK, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar |
Fase 2Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan | Mendemonstrasikan keterampilan yang benar, atau menyajikan informasi tahap demi tahap |
Fase-fase
|
Aktivitas yang difasilitasi oleh Guru
|
Fase 3Membimbing pelatihan | Merencanakan dan memberi bimbingan awal |
Fase 4Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik | Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik |
Fase 5Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan | Mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari |
Contoh pada materi pengukuran | ||
1. KEGIATAN PENDAHULUAN
2. KEGIATAN INTI
3. KEGIATAN PENUTUP
|
MODEL
|
METODE
|
Potensi Nilai Karakter yang Mungkin
|
Cooperative Learning | Pengamatan (Mengajukan pertanyaan, mendata, mengklasifikasi, menganalisis data, dan menyimpulkan) | Kereligiusan, kejujuran, berpikir logis, Berpikir kritis, kreatif, dan inovatif, demokratis, tanggung jawab, menghargai keberagaman Ketelitian dan kecermatan, kesantunan, gaya hidup sehat, percaya diri, kedisiplinan. |
Eksperimen/Penyelidikan/penemuan (merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang percobaan, mendata, mengklasifikasi, menganalisis data, menyimpulkan) | Kereligiusan, kejujuran, kecerdasan, ketangguhan, kepedulian, demokratis, keingintahuan, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, gaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab, cinta ilmu, kecermatan dan ketelitian. |
Berikut contoh aplikasi penggunaan model, metode, integrasi nilai karakter dalam pembelajaran Cooperative Learning:
Fase-fase
|
Aktivitas yang difasilitasi oleh Guru
|
Fase 1Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa | Menyampaikan semua tujuan yang ingin dicapai selama pembelajaran dan memotivasi siswa belajar |
Fase 2Menyajikan informasi | Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan |
Fase 3Mengorganisasi siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar | Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien |
Fase 4Membimbing kelompok bekerja dan belajar | Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka |
Fase 5Evaluasi | Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau meminta kelompok mempresentasikan hasil karyanya |
Fase 6Memberikan penghargaan | Menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok |
Contoh pada materi ekosistem
Pendahuluan
1) | Mengajak peserta didik berdoa/mensukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan Yang Maha Esa, Menyampaikan salam dan menanyakan keadaan peserta didik apakah dalam kondisi sehat dan siap belajar IPA, mengecek kehadiran, kebersihan dan kerapian kelas(Kereligiusan) |
2) | Peserta didik mempresentasikan hasil tugas mencari berita tentang akibat banjir. (Pada pertemuan sebelumnya, peserta didik diberi tugas membaca artikel tentang banjir dan akibatnya)(Keingintahuan, Cinta Ilmu) |
3) | Guru menyampaikan tujuan atau kompetensi yang akan dicapai. |
- a. Kegiatan Inti
1) | Peserta didik diminta membaca materi tentang kerusakan lingkungan dan menggarisbawahi konsep penting dengan kecermatan dan ketelitian |
2) | Peserta didik memperhatikan penjelasan tentang aturan diskusi untuk mengkaji hasil pengamatan lingkungan alami dan lingkungan yang mengalami kerusakan. |
3) | Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok kooperatif yang beranggotakan 4 atau 5 siswa dengan memperhatikan heterogenitas akademik dan jenis kelamin. |
4)
5)
| Peserta didik melakukan pengamatan dengan keingintahuan dan menuliskan hasil pengamatan dengan kejujuran, kecermatan dan ketelitian serta bertanggungjawab dengan anggota kelompok.Peserta didik bertanggungjawab mendiskusikan hasil pengamatan pada lingkungan alami dan lingkungan yang mengalami kerusakan dengan memperhatikan ciri, faktor penyebab, akibat, dan upaya penanggulangan kerusakan.
Selama diskusi perserta didik mendapat bimbingan dari guru.
|
6) | Beberapa kelompok mempresentasikan hasil kegiatannya, dan kelompok lain memberikan tanggapannya (menghargai keberagaman) |
7) | Penghargaan diberikan pada kelompok yang kinerjanya paling baik dan baik. |
- b. Penutup
1) | Peserta didik menyimpulkan konsep kerusakan lingkungan dan Guru membantu peserta didik bila ada kesulitan (Kepedulian) |
2) | Setiap kelompok diminta untuk membawa 10 ekor ikan hias kecil-kecil dan sabun detergen untuk percobaan pertemuan berikutnya. |
*) Contoh integrasi nilai karakter pada perencanaan pembelajaran silabus dan RPP untuk kelas VII lengkap terlampir.
- C. Penggunaan BSE Mata Pelajaran IPA untuk Pendidikan Karakter
- 1. Gambaran umum BSE Mata Pelajaran IPA
Secara umum bahan ajar BSE IPA yang beredar di sekolah untuk kelas VII (Penulis Ani dkk., Teguh dkk.; dan Wasis dkk.) adalah sebagai berikut:
No
|
Aspek
|
Hasil Telaah
|
a.
| Isi | Telah baik dan sesuai dalam hal: Cakupan dan kedalaman materi pokok sesuai dengan yang diamanatkan SK dan KD, kebenaran konten (fakta, konsep, teori dan prinsip/ hukum), kemutakhiran isi sesuai dengan perkembangan ilmu, materi yang disajikan dapat memotivasi siswa menimbulkan gagasan baru, menumbuhkan rasa ingin tahu, mengembangkan kecakapan hidup (personal, sosial, akademik dan vokasional), memperhatikan keterkaitan sains, teknologi dan masyarakatCatatan: untuk BSE dengan penulis Ani dkk, Teguh dkk dari sisi isi hanya berisi informasi saja |
No
|
Aspek
|
Hasil Telaah
|
b.
| Metoda Pembelajaran | Telah baik dan sesuai dalam hal: Memenuhi konsep konstruktivis, siswa membangun pemahaman sendiri dari pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal, menumbuhkan rasa ingin tahu, mendorong untuk mencari informasi lebih jauh, memenuhi komponen bertanya (pertanyaan untuk mengecek pemahaman siswa), Memotivasi siswa untuk berkomunikasi, berinteraksi dan bekerja sama dengan orang lain, dan menciptakan umpan balik.Catatan: untuk BSE dengan penulis Ani dkk, Teguh dkk dari kegiatan hanya menyediakan kegiatan yang bersifat resep saja. |
c.
| Bahasa | Telah baik dan sesuai dalam hal: Bahasa yang dipakai sesuai dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, materi disajikan dengan bahasa yang menarik, bahasa yang digunakan dapat memotivasi siswa untuk belajar, memungkinkan siswa seolah-olah berkomunikasi dengan penulis buku siswa, menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, istilah yang digunakan tepat dan dapat dipahami, dan menggunakan istilah dan simbol secara ajeg. |
d.
| Grafika | Menarik, memperjelas konsep, relevan dengan bahasan yang ada dan banyak gambar untuk memperjelas konsep yang masih abstrak. |
e.
| Berdasarkan karakteristik buku BSE kelas VII yang dipergunakan sekolah, maka potensi nilai karakter dapat di sisipkan pada setiap komponen buku ajar. |
2. Strategi Penggunaan BSE untuk Pendidikan Karakter
Berikut adalah contoh penggunaan BSE untuk pendidikan karakter adaptasi lengkap sebelum pembelajaran dilaksanakan dan adaptasi tersebut dari sisi isi, kegiatan pembelajaran,dan evaluasi.
Contoh IPA-Biologi
SK: Memahami keanekaragaman makhluk hidup.
KD: Mendeskripsikan keragaman pada sistem organisasi kehidupan mulai dari tingkat sel sampai organisme.
Judul: Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah
Sumber : Materi Pelatihan Pendikar SMP